Babad Giyanti, Geger Inggrisan (Geger Sapehi) dumugi Hamengku Buwono III: menceritakan tentang peperangan Mangkubumi, gambaran pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Sri Sultan Hamengku Buwono II. Diceritakan juga Jumenengan Paku Alam I (1813). Akhir cerita pada babad Giyanti ini terlihat intervensi Pemerintah Inggris atas Kraton Yogyakarta pasca Perang Sapehi (Geger Sapehi).
Naskah-naskah tersebut tertata rapi dalam kotak kaca sehingga tidak bisa disentuh atau dibuka (bolak-balik) oleh pengunjung. Naskah ditulis menggunakan tinta hitam dan tinta emas dalam bentuk aksara jawa kuno sehingga tidak banyak pengunjung yang dapat membacanya. Selain naskah yang berbentuk fisik, pengunjung juga akan diperlihatkan naskah-naskah yang sudah dalam bentuk digital dimana pengunjung akan bebas membuka halaman demi halaman dari naskah tersebut.
Pada bagian dinding ruang pameran juga diperlihatkan foto-foto ilustrasi Geger Sapehi, ilustrasi sangkar Paraning Dumadi yang menghubungkan Tugu Jogja -- Alun-alun Utara -- Kraton Alun-alun Kidul -- Panggung Krapyak, dan juga foto-foto proses digitalisasi naskah-naskah koleksi Kraton Yogyakarta.
"Dari karya-karya susatra, lahirlah etika Jawa sebagai sumber acuan nila-nilai pendidikan karakter manusia Jawa, sehingga dapat bermakna bagi kehidupan nyata". -- Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Semoga dengan kembalinya naskah kuno kraton tersebut dapat melengkapi pengetahuan sejarah kita khususnya tentang sejarah Kraton Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H