Agar dia bisa mengambilnya kembali—dengan diam-diam pulaÂ
Ucapkan salam. Dia menunggu cintamu yang meladamÂ
Bersama lembar wajah ovalmu berkerudung kelabuÂ
Sepucat mawar Tabriz, bukan kuning tapi unguÂ
Nah, apa sebenarnya yang kau wiridkan?Â
Seberapa berdesirkah dadamuÂ
Ataukah sekadar berputar bola mataÂ
Ketika suara terus berdenging di ceruk telingaÂ
Dan di cermin terpantul wajah entah siapaÂ
-Ingat, roda gila itu menghantam segala!Â
Semarang, September 2012Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!