Perilaku yang bersumber dari tekanan kronis dan bukan karena delusi/halusinasi. Perilaku ini menguntungkan dalam waktu yang singkat tapi akan menjadi masalah jangka panjang, terlebih pada hubungan, pekerjaan dan cara orang menikmati hidup secara umum.
- Intelektualisasi (intellectualization)Â : berfokus pada sisi rasional dari suatu peristiwa yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, dan menghindari sisi emosional dari peristiwa tersebut. Misalnya seorang wanita korban pemerkosaan mencari informasi soal kasus-kasus pemerkosaan lain dan psikologi dari si pemerkosa dan korban, atau belajar pertahanan diri untuk menimbulkan perasaan yang lebih baik (ketimbang berfokus pada isu psikologis dan emosional yang dialaminya pada kejadian yang tersebut).
- Pembentukan Reaksi (reaction formation) : tidak melakukan sesuatu yang sesuai dengan perasaannya dan apa yang dia benar-benar inginkan dan malah melakukan hal sebaliknya. Biasanya dilakukan sebagai pertahanan terhadap hukuman sosial yang ditakuti. Dasar pemikirannya adalah : "jika saya takut dikritisi tentang suatu hal yang saya lakukan, maka saya akan melakukan hal yang sangat berlawanan dengan posisi yang berpotensi dikritisi itu". Misalnya seseorang yang berada dalam suatu hubungan tetapi merasakan ketertarikan pada orang lain, akan bertindak berlebihan menunjukan rasa sayang dan perhatian kepada pasangannya.
Level 4 : Dewasa
Perilaku pertahanan yang sering ditemukan pada orang dewasa yang sehat. Perilaku-perilaku ini dianggap dewasa karena merupakan hasil adaptasi perilaku-perilaku yang tidak dewasa selama bertahun-tahun dan lewat pengalaman sosial dan hubungan yang banyak. Penggunaan perilaku-perilaku ini membantu mengatur pikiran dan perasaan yang saling konflik dan tetap efektif menghadapi persoalan.
- Altruisme (altruism)Â : menghindari perasaan tidak nyaman yang muncul dari permasalahan dalam diri dengan berfokus terhadap masalah orang lain dan membantunya menghadapi itu, berpikir bahwa membantunya bisa membantu diri sendiri juga. Misalnya membantu teman yang sedang bermasalah dengan mendengar ceritanya, memberi saran dan menunjukan perhatian sementara juga sedang berjuang dengan masalahnya sendiri.
- Sublimasi (sublimation) : mengalirkan perasaan tidak nyaman dan emosi-emosi negatif dalam diri menjadi tindakan yang lebih positif. Mendekorasi kamar, menulis atau mengerjakan pekerjaan rumah saat sedang merasa tertekan dengan hubungan, finansial atau pekerjaan adalah salah satu contoh perilaku sublimasi.
Positif atau negatif?
Beberapa perilaku, seperti intelektualisasi, mungkin terdengar baik karena kita menjadi makin logis melihat suatu permasalahan. Tapi, intelektualisasi yang berlebihan dapat membuat kita tidak tepat mengambil solusi permasalahan. Melihat fakta dan memperhatikan logika sambil tetap berfokus pada sisi emosional dari suatu peristiwa itu penting bagi kesehatan mental kita juga.
Perilaku yang dilakukan juga sangat tergantung dengan lingkungan seseorang dibesarkan, budaya, agama, orang tua dll. Misalnya perilaku pembentukan reaksi. Faktor-faktor itu sangat penting menentukan seperti apa tindakan yang "dianggap baik" dan tindakan yang "dianggap buruk". Keputusan yang diambil juga akan berbeda untuk tiap orang. Pemikiran terpolarisasi tentang yang "hitam" dan "putih" akan menyebabkan orang sulit mengamati masalah secara komprehensif.
Mekanisme pertahanan ego adalah hal yang normal dan merupakan cara mental kita untuk mengatasi permasalahan. Akan negatif jika perilaku yang dilakukan akan menjauhkan kita dari realita yang ada. Pemakaian perilaku-perilaku yang mengabaikan realita ini akan menyebabkan kemampuan kita untuk menganalisis masalah menjadi makin tumpul.
Sekali lagi, mekanisme pertahanan ego adalah hal yang normal dan kadang tidak terkendali. Cobalah mengidentifikasi kita sedang memakai perilaku yang mana. Menyadari perilaku itu bisa membuat kita melihat diri kita dari sisi yang berbeda dan lebih jernih melihat persoalan.
Knowing your own darkness is the best method for dealing with the darkness of other people---Carl Jung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H