Mohon tunggu...
Edgar Pontoh
Edgar Pontoh Mohon Tunggu... Freelancer - Hominum

In search of meaning

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mekanisme Pertahanan Ego: Cara Manusia Mengatasi Kegelisahan Secara Tak Sadar

1 September 2019   14:35 Diperbarui: 1 September 2019   14:40 2761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran Ego Menangani Kegelisahan

Berawal dari sesuatu yang kita lakukan yang kita pikir tidak seharusnya kita lakukan, muncul perasaan bersalah, jengah atau malu. Kegelisahan muncul bersamaan dengan itu. Semua karena tuntutan dari id atau super-ego yang terlalu berlebihan sehingga seakan menghukum kita atas tindakan yang kita lakukan. Misalnya, ketika kita berkata kasar ke orang lain karena terbawa emosi, dan kemudian sadar bahwa itu tidak seharusnya kita lakukan dan merasa bersalah. Kegelisahan juga tidak hanya muncul sebagai konsekuensi perilaku kita. Trauma, pengalaman buruk, atau sesuatu yang terjadi di luar kendali kita pun bisa ikut menyumbang perasaan tidak enak ini.

Disinilah peran unik ego akan terlihat. Ego akan melakukan mekanisme pertahanan untuk mengurangi perasaan gelisah ini. Mekanisme ini adalah perilaku-perilaku yang tanpa sadar kita lakukan saat dalam kondisi tertekan dengan perasaan gelisah. Manusia yang normal akan menggunakan mekanisme ini secara tidak sadar selama hidup.

Kategori Mekanisme Pertahanan Ego

Menurut psikiater Amerika, Prof. George Eman Vaillant, mekanisme pertahanan ini dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan kondisi mental manusia :

  • Level 1 : Tidak Wajar
  • Level 2 : Tidak Dewasa
  • Level 3 : Neurotik
  • Level 4 : Dewasa

Tiap level memiliki beberapa perilaku-perilaku pertahanan. 2 diantaranya akan diurai disini untuk masing-masing level untuk memberi gambaran.

Level 1 : Tidak Wajar

Perilaku pertahanan yang dilakukan secara tidak rasional dan cenderung menghindari realita. Cenderung ditemukan pada masa kanak-kanak. Pada level ini, perilaku yang dilakukan akan berdampak buruk karena menjauhkan seseorang dari kepekaan dia terhadap pengaruh dunia luar terhadap diri. Beberapa perilaku diantaranya :

  • Penyangkalan (denial) : menolak menerima kenyataan yang terjadi, karena kenyataan tersebut terlalu sulit dan tidak nyaman untuk diterima. Misalnya seseorang yang tidak percaya bahwa pasangannya telah selingkuh, tak peduli seberapa banyaknya tanda-tanda yang dia lihat.
  • Distorsi Kognitif (cognitive distortion) : membelokkan kenyataan dengan cerita baru yang lebih cocok dengan keinginan pribadi. Misalnya seseorang yang langsung menyimpulkan bahwa seseorang berbuat kesalahan padanya dan mengabaikan banyak elemen dalam peristiwa itu, untuk menghindari hubungan dengan orang tersebut.

Level 2 : Tidak Dewasa

Perilaku ini dilakukan dengan mengurangi rasa depresi dan gelisah dengan cara-cara yang tidak bisa diterima oleh lingkungan sosial dan sering dianggap tidak dewasa dan sulit diatur. Perilaku ini dapat menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan menangani masalah. Beberapa diantaranya :

  • Pasif-Agresif (passive-aggresive) : mengekspresikan perasaan kecewa, marah dan perasaan negatif lainnya kepada orang lain secara tidak langsung. Misalnya seseorang yang pura-pura tidak mendengar kata-kata orang lain, menghindari kontak dengan orang tersebut, bahkan sama sekali tidak menganggap keberadaannya, karena ada masalah yang terkait dengannya yang belum mampu diatasi secara langsung.
  • Proyeksi (projection): menyangkal hasrat tak sadar dalam diri (positif atau negatif) dan menyematkan hasrat tersebut ke orang lain. Misalnya seseorang yang kasar akan mengatakan bahwa dia tidak kasar dan malah menyebut orang lain yang kasar.

Level 3 : Neurotik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun