Mohon tunggu...
Edgar PhilippeLeonardus
Edgar PhilippeLeonardus Mohon Tunggu... Mahasiswa - murid

XIIA3/10

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Adiksi Hormon yang Tidak Banyak Orang Tahu dan Cara Mengatasinya

22 Oktober 2022   21:52 Diperbarui: 22 Oktober 2022   22:02 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dopamine Detox, apa artinya?  Frizka Amalia Purnama dari Tirto id, mengenalkan kita kepada Dopamine Detox, yaitu  sebuah cara agar kita bisa mencegah adiksi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui melakukan sesuatu kegiatan yang bernama Cognitive Behaviour Therapy.

Innovator terapi ini, Cameron Sepah dari University of California San Fransisco membahas pentingnya kita untuk meninggalkan hal yang membuat kita mengalami stimulus yang menyababkan adiksi, seperti bermain video game, bersosial media, dan masturbasi. Hal-hal yang barusan disebutkan adalah beberapa dari banyak sekali stimulus dalam kehidupan sehari-hari. 

Saran Cameron Sepah, untuk mengurangi stimulus tersebut, adalah melalui dopamine fasting. Tips pertama adalah dengan menghindari benda benda yang bersifat stimulus seperti handphone dan tablet. Kedua adalah melakukan kegiatan alternatif yang berguna seperti berolahraga. Ketiga adalah menggunakan aplikasi tertentu untuk memblokir hal-hal yang membuat kita kecanduan. 

Terakhir dan yang paling penting adalah melakukan Exposure and Response Prevention yang intinya adalah mengenal sensasi ketika ingin melakukan sesuatu dan memilih untuk tidak melakukannya. Sehingga tubuh terlatih untuk mengontrol diri dan seiring waktu kebiasaan-kebiasaan buruk lain akan melemah dan hilang. 

Rasa kecanduan akan stimulus dopamine ini, dijelaskan oleh Brigitta Maulana dari CIMSA More,. Beliau menjelaskan bahwa di bawah alam sadar manusia, kita selalu mengejar hal yang memberikan kita semacam hadiah untuk kerja keras yang kita lakukan. 

Di era modern yang serba teknologi canggih ini, kemudahan dalam mencapai hadiah menjadi lebih mudah. Melalui kegiatan seperti bermain handphone dan bersosial media. Semua hal tersebut dapat merangsang neurotransmitter dopamine yang bertanggung jawab atas rasa fokus dan belajar dalam hidup kita. Bahkan dengan mendengar suara notifikasi saja kita sebenarnya sudah merangsang dikeluarkannya dopamine tersebut.  

Secara insting, otak manusia akan selalu mengejar hal-hal yang membuat dirinya senang. Dengan memberikan "makanan instan" bagi otak kita, kita telah memberikan hadiah yang besar namun tidak sebanding dengan kerja yang diberikan.

 Lama kelamaan, otak kita akan terbiasa dengan kemudahan tersebut dan menganggap jalur yang panjang menjadi sulit dan berat untuk ditempuh, sehingga otak kita terprogram untuk menghindari hal-hal yang terasa "panjang" atau membosankan. 

Sayangnya, sangat banyak orang terjebak di zona nyaman sehingga mereka tidak lagi memiliki dorongan untuk melakukan hal sulit dan mengejar ambisi mereka. Dapat dianggap bahwa mereka telah kehilangan  cara fokus dalam kehidupan mereka. 

Dopamine detox dapat dibayangkan seperti monyet yang melepaskan garam agar bisa lepas dari perangkap manusia. Merekatidak sadar bahwa sebenarnya garam tersebut hanyalah cara agar ia terlalu sibuk menikmatinya sampai enggan untuk melepaskannya, bahkan sampai tertangkap, sama halnya seperti Dopamine Detox. 

Kecanduan terhadap suatu hal bisa membuat kita tidak sadar akan efeknya terhadap hidup kita. Hal ini seringkali terlihat di generasi millenial dan seterusnya, dimana  kita pun menjadi monyet-monyet yang diperangkap oleh kecanduan. Sehingga kita tidak lagi menyadari bahwa hal yang perlu kita lakukan untuk mengejar impian  adalah untuk melepas kecanduan, sebelum merusak hidup kita selamanya. 

Dopamine detox yang sebenarnya bukan merupakan hal yang baru dan sudah sering dibahas memiliki sebuah solusi. Penemu solusi dopamine detox,  Cameron Sepah yang awalnya memberikan cara ini kepada klien-kliennya untuk membantu mereka berhenti ketergantungan terhadap stimulus tertentu. 

Namun, ternyata metode yang diberikan ini sebenarnya tidak didasari penelitian ilmiah. Lindsey Todd dari MedicalNewsToday mengatakan bahwa ide dibalik dopamine detox ini terlalu menyederhanakan cara kerja otak manusia yang sebenarnya jauh lebih kompleks dari ini. 

Walaupun begitu, bukti nyatanya adalah bahwa dopamine detox memiliki berbagai macam manfaat seperti meningkatkan fokus, dan kebahagiaan. Hal yang menjadi problematik adalah namanya yang banyak tidak disetujui para ilmuwan yang lebih setuju memanggilnya period of abstinence atau pantang. 

Di masa depan, kita bisa lebih berharap akan perkembangan mengenai teori ini. Neuroscience adalah salah satu bidang studi yang sedang berkembang cukup pesat di dunia modern dan semakin banyak penelusuran mengenai otak manusia yang dapat membantu menyelesaikan berbagai masalah terkait kesehatan psikologis manusia. 

Melalui penemuan-penemuan baru mengenai otak manusia, perawatannya juga akan terus berkembang. Tidak hanya dopamine detox, perkembangan teknologi ini dapat diimplementasikan terhadap terapi-terapi lainnya seperti Alzheimer dan autisme. Intinya, otak manusia adalah benda yang sangatlah kompleks dan masih sangat banyak yang bisa dieksplorasi dan dipelajari. 

Maka dari itu, kesehatan otak sangatlah penting untuk kerja yang optimal dan maksimal. Kesehatan ini dapat dicapai dengan tidak mengoverstimulasi otak kita dengan kesenangan jangka pendek dan meningkatkan fokus terhadap ambisi jangka panjang yang kita miliki. Sampai saat ini, kita masih bisa melihat dopamine detox sebagai solusi yang logis, namun di kedepan hari tentunya masih akan banyak yang bisa diubah dan dikembangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun