Malang, 8 September 2024 - Tim riset dan pengabdian masyarakat yang terdiri dari Dosen dan mahasiswa yang tergabung dalam "Edelweiss Rangers" kolaborasi antara Universitas Negeri Malang (UM) dan Universitas Brawijaya (UB), melakukan pengabdian kepada masyarakat di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
 Pengabdian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan aset-aset yang dimiliki oleh Kelompok Tani Hulun Hyang guna mendukung pengelolaan taman bunga Edelweiss yang berbasis ekowisata berkelanjutan. Kegiatan ini dilaksanakan mulai bulan Juli - Oktober 2024 di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.
"Kami berharap, melalui identifikasi aset ini, Kelompok Tani Hulun Hyang memiliki data yang komprehensif dan lebih akurat. Hal ini dapat memudahkan mereka dalam perencanaan budidaya, akses permodalan, dan membantu masyarakat untuk mengenali potensi desa," ujar Novi Silvia, salah satu perwakilan dari Tim Edelweiss Rangers UM.
Dalam proses identifikasi, tim pengabdian yang terdiri atas Melati Julia Rahma, S.P., M.Ling (Dosen Departemen Geografi UM); Dr. Ir. Atiek Iriany, M.S. (Dosen Statistika UB); Dr. Candra Dewi, S.Kom., M.Sc. (Dosen Filkom UB); Ir. Agung Murti Nugroho, ST., MT., Ph.D, IPM (Dosen Arsitektur UB).Â
Selain itu ada pula dari kalangan mahasiswa Danniary Ismail Faronny, SP., M. Ling (Mahasiswa S3 Ilmu Lingkungan sebagai pendamping lapangan) juga dari kalangan mahasiswa yaitu: Novi Silvia, Ahmad Habibi, Eka Prasetyo, Avanza Iqbal, M. Zaki, Erisa, Rahma, Putri, Yuliawati, Rizal dan Andhika (Mahasiswa Geografi UM) menggunakan pendekatan partisipatif dalam prosesnya.
 Pendekatan ini melibatkan anggota kelompok tani dan warga setempat secara langsung dalam pengumpulan data dan pemetaan aset. Tim Edelweiss juga memberikan pelatihan dasar untuk anggota kelompok tani untuk mendokumentasikan perkembangan aset secara mandiri kedepannya.
Sejarah dan Peran Kelompok Tani Hulun Hyang
Kelompok Tani Hulun Hyang didirikan pada tahun 2017 atas inisiatif warga Desa Wonokitri. Nama "Hulun Hyang" berarti "Hamba Sang Hyang Widhi," yang mencerminkan filosofi kelompok ini untuk mengabdi kepada Tuhan dan alam melalui upaya konservasi Edelweiss yang berkelanjutan.Â
Edelweiss merupakan tanaman yang sangat dihormati oleh masyarakat Tengger, dan bunga ini memainkan peran penting dalam berbagai ritual adat yang mereka lakukan. Namun, tingginya permintaan akan bunga ini sebagai souvenir wisata mengakibatkan banyaknya penjualan ilegal, yang mengancam keberlanjutan tanaman ini di habitat aslinya di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Melihat permasalahan ini, Balai Besar TNBTS bersama kelompok masyarakat setempat berupaya mengembangkan cara yang legal dan berkelanjutan dalam memenuhi permintaan Edelweiss. Oleh karena itu, kelompok tani Hulun Hyang mendapatkan bimbingan dari TNBTS untuk mengembangkan budidaya Edelweiss ex situ di Taman Edelweiss. Melalui taman ini, masyarakat Desa Wonokitri tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan adat dengan cara yang sah, tetapi juga mendukung upaya konservasi Edelweiss secara lebih luas.
Proses Identifikasi Aset terdiri atas beberapa tahapan, sebagai berikut:
Sosialisasi program kepada mitra
Forum group discussion, pendekatan appreciative inquiry (ai), dan pemetaan komunitas (community mapping)
Identifikasi SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) dan Penyusunan BMC (Bisnis model canvas)
 Identifikasi taksonomi keanekaragaman bunga edelweiss secara partisipatif
 Penyusunan dokumen dan rencana aksi
 Pelatihan SOP (Standard Operating Procedure) budidaya dan pascapanen
 Monitoring dan evaluasi
Produk yang dihasilkan melalui Pengabdian Identifikasi Aset
Hasil dan Harapan Pengembangan Taman Edelweiss
Hasil dari program pengabdian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan manajemen Kelompok Tani Hulun Hyang dalam mengelola Taman Edelweiss. Dengan adanya identifikasi aset dan analisis SWOT, kelompok tani memiliki pemahaman yang lebih baik tentang potensi dan tantangan yang mereka hadapi. Sementara itu, dengan adanya desain tapak, mereka memiliki panduan strategis untuk mengembangkan usaha pariwisata tematik berbasis ekowisata yang berkelanjutan.
Selain itu, adanya modul identifikasi aset, taksonomi Edelweiss, desian tapak, dan SOP budidaya diharapkan dapat memperkuat upaya konservasi dan pelestarian Edelweiss di Desa Wonokitri. Kelompok Tani Hulun Hyang kini memiliki panduan lengkap untuk mengelola aset mereka, mengembangkan keanekaragaman Edelweiss, dan menjaga kualitas hasil budidaya Edelweiss secara berkelanjutan.
Tim Edelweiss Rangers berharap, melalui peningkatan kemampuan dan pengelolaan kelompok tani yang lebih baik, Taman Edelweiss dapat menjadi destinasi wisata edukatif dan alternatif di kawasan TNBTS yang mampu menarik minat wisatawan tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan. Keberhasilan kelompok tani dalam mengelola taman ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Wonokitri, sekaligus menjadi contoh pengelolaan wisata berbasis komunitas dan konservasi di daerah lainnya.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, Tim Edelweiss Rangers percaya bahwa Kelompok Tani Hulun Hyang akan mampu menghadapi tantangan yang ada dan terus mengembangkan Taman Edelweiss sebagai simbol kebanggaan dan upaya pelestarian Edelweiss di kawasan TNBTS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H