Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Belajar dari Debat Pamungkas Obama-McCain 2008

4 Juli 2014   19:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:29 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OBAMA: Masalah ini lebih berdampak pada masa depan ekonomi kita daripada pada implikasi keamanan, karena tak ada satupun negara di dunia ini yang ekonominya runtuh tapi terus-terusan memperkuat militernya. Jadi kita perlu meningkatkan sistem pendidikan. Kita perlu lebih banyak dana dan reformasi pendidikan. Kita perlu beinvestasi, pendika dini, yang mempersempit kesenjangan prestasi, agar semua anak bisa masuk sekolah. Setiap dolar yang kita investasikan harus bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan akademis, mengurangi angka putus sekolah dan menekan angka kenakalan remaja.

Kita sangat perlu rekrut generasi baru guru, banyak guru, terutama guru matematika dan sains, kasih guru gaji tinggi, kasih kesempatan pengembangan professional dan dukungan sebagai imbalan atas tanggungjawab mereka.Kita perlu juga buat ajar biaya perguruan tinggi terjangkau. Saat ini saya sering bertemu anak muda di seluruh negeri yang tidak memutuskan untuu uliah, atau, kalau kuliah, mereka harus cari hutangan senilai antara $20.000 – 60.000, sementara mereka sulit masuk dunia kerja, dan masih pelu mikir hutang buat beli rumah. Itulah sebabnya, saya mengusulkan kucuran kredit pendidikan sebesar $4.000 per mahasiswa, per tahun, yang harus mereka bayar dengan cara wajib militer, ikut program Peace Corps, atau kerja di komunitas. Dengan cara ini, saya percaya kita bisa menciptakan sistem sekolah lebih baik.

Namun demikian, yang lebih penting adalah orangtua. Orangtua harus menunjukkan lebih banyak tanggungjawab. Mereka harus matikan TV, menyingkirkan video games, dan mulai mengisi kegiatan anak-anak mereka dengan pengetahuan yang dibutuhkan.

SCHIEFFER: Senator McCain?

MCCAIN: Ini memang isu hak sipil di abad 21. Tak dimungkiri kita telah mencapai kesetaraan akses terhadap sekolah setelah melalui perjuangan panjang dan sulit. Tapi apa untungnya bagi masyarakat miskin untuk kirim anak ke sekolah jelek yang merupakan satu-satunya pilihan?

Pilihan dan kompetisi di antara sekolah adalah kunci utama yang telah terbukti di New Orleans dan New York City dan tempat-tempat lain di mana kita punya sekolah charter, kita punya guru bagus yang kita beri imbalan dan kenaikan gaji.

Kita juga harus mengatasi guru-guru tidak bagus. Kita juga harus bisa memberi pilihan bagi para orangtua. Senator Obama dan istri, saya dan istri, harus kirim anak ke sekolah pilihan kita masing-masing. Sekolah charter bukan satu-satunya jawaban, tapi sekolah macam ini memberikan nuansa kompetisi, yakni kompetisi yang meng-upgrade kualitas sekolah. Mengucurkan uang bukan jawabannnya. Kita tahu bahwa sekoilah-sekolah terjelek di Amerika justru yang terima dana per siswa terbesar jumlahnya. Saya setuju kita perlu memberi imbalan pada guru baik.

Kita perlu buat program seperti ‘Mengajar untuk Amerika’ dan “Tentara jadi Guru’ di mana orang yang baru selesai menjalani wajib militer bisa jadi guru tanpa perlu sertifikat guru seperti yang disyaratkan di tempat lain.

Pendeknya kita harus meningkatkan pendidikan di negeri ini sampai jenjang perguruan tinggi, kita harus menyediakan dana pinjaman untuk siswa, perlu menetapkan skedul cicilan yang bisa merekajangkau.

CLOSING STATEMENT

SCHIEFFER: Bapak-bapak, kita sekarang berada pada segmen penutupan. Senator McCain silakan dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun