Bahkan, jikapun ini bukan perang biologi, atau bukan sesuatu yang disengaja, ancaman itu tetap ada. Ancaman serangan virus sangat mungkin dilakukan oleh kelompok-kelompok teroris atau bahkan oleh orang bodoh yang kemudian menciptakan malapetaka.
Ahli Ebola, Karl Johnson, pernah memperingatkan bahwa suatu ketika, orang akan menemukan gen untuk menularkan kuman melalui udara untuk menciptakan wabah influenza, Ebola, Lassa, atau wabah lainnya.
Bisa saja ada orang bodoh dengan peralatan senilai beberapa ribu dolar dan bermodal pengetahuan biologi dari perguruan tinggi, dapat memanfaatkan serangga sebagai agen virus Ebola lalu melepasnya berkeliaran di taman untuk menulari orang-orang.
Itulah bahayanya rekayasa  genetika. Ancaman paling berbahaya yang pernah dihadapi manusia, karena memungkinkan siapa pun untuk mengubah strain kuman biasa menjadi senjata mematikan.
Tidak seperti senjata nuklir yang membutuhkan material mahal, banyak syarat keamanan, dan dijaga superketat, biohacker bisa mendapatkan kuman dari mana saja. Dan tidak seperti teroris nuklir, yang hanya bisa melepaskan satu tembakan untuk menghasilkan kehancuran, bom biohacker dapat menyalin dirinya sendiri berulang kali sambil terus membunuh manusia serta berdampak sangat luas dan berkepanjangan.
Lantas, apa yang harus dilakukan oleh umat manusia? Â Tidak ada pertahanan sempurna menghadapi serangan kuman di masa depan.
Fakta bahwa aktor tunggal juga bisa menciptakan virus mematikan, artinya hanya ada satu langkah utama untuk menahannya sebelum kemudian mengalahkannya.
Itu adalah membangun infrastruktur kesehatan yang memadai dan menjamin kesehatan populasi. Kemudian pendanaan yang memadai bagi para ilmuwan agar bisa terus-menerus melakukan penelitian untuk pengembangan vaksin.
Dunia hari ini yang mampu melawan beragam wabah mematikan seperti cacar, demam berdarah dengue, Â TBC, dan sebagainya, adalah hasil dari riset para ilmuwan.
Kemudian fakta yang kita lihat dalam pandemi hari ini, dimana masyarakat seperti baru sadar bahwa menjaga kesehatan tubuh adalah modal besar melawan virus. Fakta menunjukkan bahwa ada jutaan orang terinfeksi tetapi ada lebih banyak yang selamat dari kematian karena memiliki imunitas yang ditopang oleh kesehatan tubuh yang lebih baik.
Bahkan, jika riset bahwa vaksin BCG (untuk TBC) berpengaruh terhadap ketahanan tubuh melawan virus corona (dengan membandingkan populasi penerima vaksin BCG dan yang menolak),  maka perlu kampanye lebih luas  lagi soal kesadaran menjalani vaksinasi agar dunia lebih siap ketika wabah datang.
Sekali lagi, apakah virus corona lahir dari kejahatan atau sebuah kebetulan, dia telah menjadi musuh tak terlihat yang bersembunyi di antara kita, berkembang biak secara rahasia, menanam bom waktu dalam tubuh kita, dan kita bahkan belum benar-benar memahami apa yang sedang menimpa umat manusia.