Mohon tunggu...
Eddy Mesakh
Eddy Mesakh Mohon Tunggu... Wiraswasta - WNI cinta damai

Eddy Mesakh. Warga negara Republik Indonesia. Itu sa! Dapat ditemui di http://www.eddymesakh.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tite Belajar dari Kegagalan di Piala Dunia 2018

25 Juni 2019   10:43 Diperbarui: 25 Juni 2019   23:09 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BRASIL tanpa sang aktor, Neymar, tampil menghibur di pentas Copa America 2019. Roberto Firmino dkk bersenang-senang di rumah sendiri, terutama pada laga terakhir Grup A melawan Peru.

Skuat besutan Adenor Leonardo Bacchi alias Tite, tergabung di Grup A bersama Venezuela, Peru, dan Bolivia.  Menang dua kali dengan skormencolok; 3-0 vsBolivia (15 Juni) dan 5-0 vsPeru (23 Juni), sertasekaliimbang (0-0) kontra Venezuela (16 Juni). Selecao keluar sebagai juara grup dengan poin tujuh.

Kemenangan atas Bolivia, apalagi imbang tanpa gol melawan Venezuela tak memuaskan bagi pubik Brasil. Mereka mencemooh Tite lantaran menilai Selecao bermain tanpa kreatifitas dan kurang menampilkan permainan menyerang.

Sebenarnya penampilan raksasa Amerika Latin ini tidak buruk. Coutinho dkk mendominasi semua aspek saat laga pertama kontra Bolivia. Menang 3-0, mencatat 16 attemps (6 on target), dengan ball possession mencapai 73 berbanding 27.

Kendati performanya sedang menurun di Barcelona, Coutinho kembali tampil mengesankan di laga ini. Dia mencetak dua gol untuk Selecao. Satu gol lainnya dipersembahkan Everton Soares. Everton adalah bintang muda yang saat ini membela klub Brasil, Gremio.

Di laga kontra Venezuela, mereka juga dominan atas sang lawan dan berhasil mencetak tiga gol. Sayang, semuanya dianulir oleh wasit Julio Bascunan asal Chile dan Video Assistant Referee (VAR).

Pertama, wasit langsung menganulir gol Roberto Firmino lantaran sang pemain dianggap melakukan pelanggaran sebelum mencetak gol. Dua gol lainnya dari Gabriel Jesus dan Philippe Coutinho, sempat disahkan wasit, namun semuanya dianulir oleh VAR.

Habisi Peru 

Penampilan paling menghibur ketika meladeni Peru di Arena Corinthians. Pasukan Tite tanpa ampun menghukum Jefferson Farfan dkk dengan skor telak 5-0. Nyaris 6-0 seandainya Gabriel Jesus tidak gagal mengeksekusi penalti di menit 90.

Tiga gol tercipta di babak pertama melalui Casemiro (12), Firmino (19), dan Everton (32). Dua gol lainnya tercipta di babak kedua, masing-masing oleh Dani Alves (53), dan Willian (90).

Gol kedua oleh bintang  Liverpool, Firmino, menghibur penonton. Dia melakukannya  tanpa melihat gawang. Bermula dari kesalahan kiper Peru, Pedro Gallese. Sang kiper salah posisi karena terlalu maju. 

Dia gagal mengantisipasi bola lop dari area tengah lapangan. Bola membentur tiang, berhasil direbut Firmino. Gallese yang mati langkah tak mampu berbuat banyak. Firmino menyepak ke arah gawang sambil memalingkan wajah. Penyerang Liverpool ini memang sudah beberapa kali mencetak gol seperti itu.

Penampilan apik juga ditunjukkan Everton, yang kemudian dinobatkan sebagai man of the match di laga ini. Dia mencetak satu gol (menit 32) dan satu assist untuk gol Willian di menit 90.

Kali ini Tite menyatakan puas atas penampilan pasukannya. Kata dia, para pemain tampil sesuai rencana dan menilai inilah penampilanterbaik mereka selama dirinya dipercaya menukangi Tim Samba.

"Kami kreatif, terukur, efektif dan mematikan. Itu adalah salah satu laga terbaik saat saya menangani  tim, terutama dalam penguasaan bola dan membongkar lini pertahanan lawan," ujar eks pelatih Corinthians itu.

Hasil ini menempatkan sang peraih delapan titel Copa America di punca kklasemen akhir Grup A. Coutinho dkk akan menghadapi salah satu dari dua peringkat tiga terbaik. Runner up Venezuela akan menghadapi  runner up Grup B. Sementara Peru (4 poin) masih harus menunggu apakah terpilih sebagai satu di antara dua peringkat tiga terbaik.

Belajar dari Piala Dunia 2018

Tite adalah pelatih yang sama yang menukangi Brasil di Piala Dunia 2018 Rusia. Tampil mengesankan di kualifikasi dengan menempatkan Brasil di puncak klasemen zona CONMEBOL PD 2018, mereka justru gagal melaju jauh di Rusia.

Neymar dkk gagal menembus semifinal setelah disingkirkan Belgia dengan skor 2-1. Tak hanya itu, di Rusia, Neymar dicemooh banyak penggemar sepakbola akibat ulahnya bermain drama di lapangan hijau. Sedikit sentuhan agak keras sudah membuat pemain termahal dunia itu berteriak sekencang-kencangnya demi meraih perhatian wasit.

Tapi kali ini Neymar tak masuk skuad lantaran dibekap cedera. Slot kosong yang dia tinggalkan diisi oleh pemain Chelsea, Willian.

Kembali ke pelajaran Piala Dunia 2018. Brasil kalah 1-2 dari Belgia di perempatfinal yang berlangsung di Kazan Arena, Jumat (6/7/2018). Kendati mendominasi permainan, Brasil takluk oleh gol bunuh diri Fernandinho (menit 13) dan gol Kevin De Bruyne (31). Mereka hanya membalas melalui heading Renato Augusto (76).

Meski gagal, CBF (Federasi Sepakbola Brasil), tetap mempercayai Tite demi proyek jangka panjang menuju Piala Dunia 2022.

Tite mampu melihat kelemahan ketika timnya dikalahkan Eden Hazard dkk. Dia menyadari lemahnya keseimbangan tim. Menurutnya, ada sisi yang terlalu terbuka di area tengah. Itu memudahkan lawan masuk ke sepertiga akhir wilayah Brasil.

Skema Brasil vs Peru (Sumber: livescore.com)
Skema Brasil vs Peru (Sumber: livescore.com)

Sejak itu, sang  juru taktik terus mengutak-atik skema tim, sekaligus menguji coba sejumlah pemain muda untuk diintegrasikan dengan para pemain senior. Hasilnya tidak langsung terlihat. Malahan, akhir Maret lalu, tim lemah Panama mampu menahan imbang Selecao dengan skor 1-1. Ini pertama kali Panama mampu menahan imbang Brasil dalam sejarah pertemuan kedua tim.  

Utak-atik taktik juga membuat Selecao hanya mampu menang tipis masing-masing dengan skor 1-0 atas Argentina, Uruguay, dan Kamerun. Toh, Tite tak berhenti bereksperimen demi perjalanan menuju Copa America 2019. Apalagi Brasil tak mau malu di rumah sendiri, mengingat mereka adalah tuan rumah turnamen ini. Tite bertekad mempersembahkan gelar kesembilan Copa America bagi Brasil.

Alhasil, di Copa America 2019, Tite menyatakan dirinya sudah menemukan keseimbangan  yang dia inginkan. Dia mempersolid pertahanan sejak lini tengah dan memperkuat bek sayap, baik saat menyerang maupun bertahan.

Skema Tito menelan banyak 'korban'. Sejumlah pemain tidak disertakan ke Copa America 2019 oleh sang pelatih. Fabinho, Marcelo Vieira, Vinicius Junior, Douglas Costa, Felipe Anderson, dan Lucas Moura tidak dipakai. Semua demi keseimbangan tim.

Skema permainan Tite terlihat dalam laga perdana menghadapi Bolivia. Seolah-olah laga tersebut adalah pembalasan dendam atas kekalahan menyakitkan dari Belgia di Kazan.

Penampilan Selecao dicemooh, meski menang 3-0 atas Bolivia. Tapi Tite yakin dirinya sudah menemukan keseimbanganbagi timnya.

Perhatikan starting XI Brasil kontra Belgia di PD 2018; Alisson; Fagner, Silva, Miranda, Marcelo; Paulinho, Fernandinho, Coutinho; Willian, Gabriel Jesus, Neymar.

Bandingkan dengan Starting XI vs Bolivia: Becker; Alves, Marquinhos, Silva, Filipe; Casemiro, Fernadinho, Coutinho; Neres, Richarlison, Firmino.

Di barisan belakang, tak ada lagi nama Fagner, Miranda, dan Marcelo. Posisi mereka diisi pemain bertipe bek sayap dalam diri Dani Alves dan Filipe Luis. Marcelo, yang biasa beroperasi sebagai bek kiri, memang tipe bek sayap, namun tidak disertakan oleh Tite lantaran penampilan inkonsisten bersama Real Madrid musim lalu.

Di area tengah, nama Paulinho menghilang. Tapi Fernadinho dan Coutinho dipertahankan, ditambah Casemiro yang beroperasi di sisi kanan.    

Sementara di barisan depan, Gabriel Jesus tidak ditempatkan sebagai penyerang tengah. Dia digeser ke kiri atau kanan. Jesus bergantian dengan satu di antara Richarlison dan David Neres. Firmino ditempatkan di pos yang sebelumnya ditempati Jesus.

Dalam beberapa ujicoba, Firmino belum mampu memberi penampilan terbaik di posisi tersebut. Peraih trofi Liga Champions 2019 bersama Liverpool itu belum maksimal, karena diduga menggunakan area permainan yang sama dengan Coutinho. Tapi Tite ngotot memosisikan Firmino sebagai penyerang tengah.

Alhasil, sengan skema 4-3-3, mereka berhasil mengatasi Bolivia. Meski kemudian gagal mengalahkan Venezuela, Brasil tampil cukup baik. Mereka bisa menang, seandainya tiga gol tidak dianulir. Tite menggunakan pola 4-2-3-1 di laga ini.

Akhirnya, skuad Tito tampil trengginas saat menggulung Peru lima gol tanpa balas. Di sini Tite kembali menggunakan pola 4-2-3-1. Firmino ditempatkan sebagai penyerang tengah ditopang Coutinho di belakangnya. Gabriel Jesus diturunkan bersama Firmino, namun ditugaskan di sisi kanan, sejajar dengan Coutinho dan Everton.

Tite mengorbankan Neres untuk member penampilan kepada Jesus. Di sisi kiri, posisi Richarlison digantikan oleh Everton. Sementara di depan empat bek sejajar yang tetap dipertahankan, sang pelatih menempatkan Casemiro dan Arthur.

Skema ini akan kembali diuji kemapanannya oleh lawan berikutnya; apakah kembali berhadapan dengan Peru, Paraguay, atau Jepang. Kita lihat, apakah Tite bisa menebus kegagalannya di Piala Dunia 2018 dengan merebut trofi Copa America 2019?

Yang  pasti, berkat penampilan ciamiknya, Everton Soares yang disebut the next Neymar, telah membuat sejumlah klub top Eropa berbinar-binar.  (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun