OPERATORÂ English Premier League (EPL) telah merilis jadwal kompetisi musim 2019/2020 pada Kamis, 13 Juni 2019 lalu. 380 Pertandingan dari matchday 1-38, akan bergulir mulai 10 Agustus 2019 hingga 17 Mei 2020.
Penggila bola, utamanya penggemar Liga Inggris, bakal tak kesepian lagi di malam Minggu dan Minggu malam. Kita bisa menyaksikan penampilan para rekrutan baru, tak terkecuali kembalinya para legenda sebagai peracik strategi di klub yang membesarkan mereka.Â
Matchday pertama, kita langsung disuguhi big match. Manchester United akan menjamu Chelsea di Old Trafford, Minggu, 11 Agustus 2019. Keduanya akan kembali bentrok di Stamford Bridge pada matchday 26, Minggu, 8 Februari 2020. Ini bukan sekadar bentrok dua raksasa Inggris. Duel ini menarik sekaligus unik.
Menarik lantaran dua klub ini sama-sama ditangani manager baru. Pelatih United, Ole Gunnar Solskjaer akan menjalani musim penuh pertamanya. Sementara Chelsea bakal diarsiteki Frank Lampard (40) untuk mengambil alih tugas Maurizio Sarri yang hengkang ke Juventus.Â
Lampard hampir pasti kembali ke Stamford Bridge. Isu paling anyar, Roman Abramovich (pemilik Chelsea) langsung menelepon Lampard agar pulang.Â
Sisi uniknya, jika Lampard sah menukangi The Blues lawan pertama yang akan dihadapi adalah Solskjaer. Keduanya adalah legenda klub masing-masing. Masa aktif bermain pun kurang lebih dalam periode hampir sama. Pernah saling berhadapan sebagai pemain.
Sebut saja musim 2001/2002, musim pertama Lampard membela Chelsea dan Solskjaer sedang berada di usia puncak pesepak bola professional. Dua pertemuan musim itu, kedua tim saling mengalahkan dengan skor identik 0-3 dan sama-sama menang di kandang lawan.
Pertemuan pertama, 1 Desember 2001 di Old Trafford, The Blues membantai tuan rumah 0-3. Claudio Ranieri memainkan Lampard selama 90 menit. Sementara Solskjaer baru diturunkan Sir Alex Ferguson pada menit 76 menggantikan David Beckham pada posisi tertinggal 0-2.
Pertemuan kedua pada 20 April 2002, giliran The Blues menjamu United di Stamford Bridge. The Red Devil membalas tuan rumah dengan skor 0-3. Kali ini Solskjaer tampil 90 menit dan mencetak gol ketiga pada menit 86. Di akhir musim, Arsenal juara, Liverpool runner up, MU bertengger di peringkat 3, sementara Chelsea di peringkat 6.
Keduanya berprestasi
Baik Soslkjaer maupun Lampard menjalani era sukses bersama klub masing-masing. Jika Lampard resmi ditunjuk sebagai manager Chelsea, maka keduanya tak mustahil menapaki jejak fenomenal Joseph "Pep" Guardiola bersama Barcelona atau Zidane bersama Real Madrid.
Sebagai pemain, Solskjaer 11 tahun membela United dari 1996-2007 di era kepelatihan Sir Alex. Bermain sebagai penyerang, pria Norwegia berjuluk the Baby Face Assasin tampil 366 kali di semua ajang dan mencetak 126 gol. Membantu United merebut enam trofi EPL, dua trofi FA Cup, satu trofi Liga Champions, dan satu trofi Intercontinental Cup.
Dianggap sebagai cadangan super alias supersub, karena seringkali menyelamatkan tim dari bangku cadangan. Yang paling fenomenal adalah gol telatnya ke gawang Bayern Munchen dalam final Liga Champions di markas Barcelona, Camp Nou, 26 Mei 1999. Dua gol injury time, dari dua pemain pengganti. Satu dari Teddy Sheringham untuk menyamakan skor, lalu Solskjaer mencetak gol penentu kemenangan 2-1.
Gol pembunuh yang memaksa panitia menyimpan kembali trofi yang sudah terukir nama Bayern Munchen, sambil buru-buru mengukir nama Manchester United di trofi cadangan. Musim kompetisi 1998/1999 itu pula United meraih treble winner: EPL, FA Cup, dan Liga Champions. Solskjaer gantung sepatu tahun 2007.
Prestasi Lampard lebih mengkilap bersama Chelsea. Prestasi individunya malah melampaui Solskjaer. Membela The Blues selama 13 tahun (2001-2014), tampil 648 kali, dan meraih 13 gelar/trofi berbagai ajang.
Berposisi gelandang serang, Lampard seringkali mencetak gol-gol spektakular melalui tembakan dari luar kotak penalti. Dia membantu Chelsea meraih tiga trofi EPL, empat Piala FA, dua trofi Piala Liga, dua gelar Community Shield, dan satu trofi Liga Champions (2012).
Prestasi individu, Lampard meraih penghargaan pemain terbaik versi FWA (Football Writers' Association) tahun 2005. Di tahun sama, dia nyaris dua kali meraih penghargaan pemain terbaik; Ballon d'Or 2005 dan Pemain Terbaik FIFA 2005. Lampard harus puas sebagai runer up lantaran di tahun yang sama, Ronaldinho (Brasil), juga tampil trengginas bersama Barcelona.Â
Prestasi individu lainnya, Lampard menjadi top skor Chelsea sepanjang masa dengan catatan 211 gol. Torehan 177 gol di EPL menempatkan dia di posisi empat pencetak gol terbanyak kompetisi itu. Di atasnya ada Alan Shearer (260), Wayne Rooney (195), dan Andy Cole (187).
Siapa unggul?
Solskjaer dan Lampard sudah pensiun sebagai pemain profesional. Kini keduanya sama-sama berkarier sebagai pelatih/manager.
Solskjaer lebih dulu menekuni profesi ini. Jam terbang sebagai juru taktik lebih banyak dibandingkan Lampard. Dimulai dari tim reserve United, Molde, Cardiff City, kembali ke Molde, dan sekarang sebagai manager tetap United.
Tiga tahun (2011-2014) menukangi mantan klubnya, Molde FK, Solkjaer sukses mempersembahkan juara Liga Utama Norwegia (Tippeligaen) dua musim berturut-turut, serta satu trofi Norwegian Football Cup 2013.Â
Tahun 2014 dipercaya menukangi Cardiff City di EPL. Dia gagal mempertahankan klub ini di kasta teratas Liga Inggris. The Bluebirds degradasi. Solkjaer angkat koper ke Molde (lagi).
Desember tahun lalu, setelah memecat Morinho, United meminjam Solkjaer dari Molde. Diposisikan sebagai manager interim hingga akhir musim. Wakil CEO MU, Ed Woodward sedianya cuma menambal kekosongan manager sembari bernegosiasi dengan Zinedine Zidane. Pelatih yang belakangan kembali ke Real Madrid itu, menolak tawaran Woodward.Â
Tanpa diduga, Solskjaer membawa timnya tampil impresif. Tak terkalahkan dalam 12 pertandingan beruntun: 11 menang dan sekali imbang. Juga mampu membalikkan kekalahan 0-2 dari PSG di Old Trafford dengan menang 3-1 di Parc Des Princes. Agregat 3-3, MU lolos ke perempat final Liga Champions. Managemen pun tak ragu menyodorkan kontrak permanen.
Penampilan United malah melorot setelah mempermanenkan Solskjaer. Menutup musim di posisi enam klasemen, Setan Merah gagal meraih slot Liga Champions musim 2019/2020. Tapi, diyakini dia bakal membawa klub meraih sukses dalam beberapa tahun ke depan.
Lalu, seperti apa kiprah Lampard sebagai manager?
Sebagai pemula, Lampard cukup sukses menangani Derby County di Championship -- kasta kedua Liga Inggris. Memimpin tim yang bermarkas di Pride Park Stadium menjalani 57 pertandingan, menang 24 kali, imbang 17 kali, dan 16 kali kalah.
Mereka finish di posisi 6 klasemen (sama dengan posisi United di EPL). Hasil ini cukup untuk membawa Derby ke babak play off sebagai laga penentu lolos ke EPL. Sayang, Lampard gagal mengantar Derby promosi usai kalah 1-2 dari Aston Villa. Alhasil, Aston Villa berhak menyusul Norwich City dan Sheffield United naik kasta ke EPL 2019/2020.
Dibanding Solskjaer, Lampard memang masih "belia" dalam pekerjaan ini. Baru dua tahun lalu (2017) dirinya pensiun sebagai pemain, langsung mengambil kursus kepelatihan. Mei 2018 ditunjuk membesut Derby County.Â
Sekali lagi. Seandainya Abramovich benar-benar menginginkan Lampard membesut The Blues, maka Solskjaer akan menjadi lawan pertamanya di EPL.
Tampaknya Lampard bakal kedodoran, mengingat singkatnya persiapan membenahi skuad. Sudah ditinggalkan Eden Hazard, belum lagi masalah larangan The Blues terjun ke bursa transfer selama setahun.Â
Lampard hanya bisa mengandalkan skuad yang ada ditambah para pemain muda dari akademi. Callum Hudson-Odoi dan Mason Mount tampaknya akan ditarik dari Derby untuk masuk tim inti.
Staf pelatih juga banyak kekosongan. Sarri membawa hampir seluruh timnya. Maka Lampard kabarnya akan mengajak rekan-rekan yang pernah satu tim dengannya, seperti Didier Drogba, Paulo Ferreira, termasuk sang senior Claude Makalele, dan lainnya. Para eks Chelsea sangat dibutuhkan, mengingat mereka memahami klub ini. Mereka akan bahu-membahu demi membangun kembali kejayaan The Blues.
Nasib Solskjaer lebih baik. Dia bebas berbelanja pemain. Kendati masih pontang-panting berburu di bursa transfer, dirinya tentu lebih siap. Solskjaer memiliki banyak waktu memikirkan kerangka tim. Ibarat perlombaan, Solskjaer curi start tujuh bulan (sejak Desember 2018) lebih awal dari sang rival.
Saat musim bergulir, kita bisa melihat sinar siapa yang lebih terang. Akankah menapak jejak sukses legenda klub seperti Pep Guardiola bersama Barcelona, Zidane (Real Madrid), Dino Zoff (Juventus), Johan Cruyff (Ajax), Carlo Ancelotti (AC Milan), Antonio Conte (Juventus), dll. Atau meninggalkan cerita gagal seperti dialami Clarence Seedorf bersama AC Milan, Alan Shearer (Newcastle United), Gennaro Gattuso (AC Milan), dan lainnya.
Apapun hasil 11 Agustus nanti, pertandingan itu akan memperkaya kisah para legenda yang terjun sebagai peracik strategi di klub yang membesarkan mereka. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI