Tanpa diduga, Solskjaer membawa timnya tampil impresif. Tak terkalahkan dalam 12 pertandingan beruntun: 11 menang dan sekali imbang. Juga mampu membalikkan kekalahan 0-2 dari PSG di Old Trafford dengan menang 3-1 di Parc Des Princes. Agregat 3-3, MU lolos ke perempat final Liga Champions. Managemen pun tak ragu menyodorkan kontrak permanen.
Penampilan United malah melorot setelah mempermanenkan Solskjaer. Menutup musim di posisi enam klasemen, Setan Merah gagal meraih slot Liga Champions musim 2019/2020. Tapi, diyakini dia bakal membawa klub meraih sukses dalam beberapa tahun ke depan.
Lalu, seperti apa kiprah Lampard sebagai manager?
Sebagai pemula, Lampard cukup sukses menangani Derby County di Championship -- kasta kedua Liga Inggris. Memimpin tim yang bermarkas di Pride Park Stadium menjalani 57 pertandingan, menang 24 kali, imbang 17 kali, dan 16 kali kalah.
Mereka finish di posisi 6 klasemen (sama dengan posisi United di EPL). Hasil ini cukup untuk membawa Derby ke babak play off sebagai laga penentu lolos ke EPL. Sayang, Lampard gagal mengantar Derby promosi usai kalah 1-2 dari Aston Villa. Alhasil, Aston Villa berhak menyusul Norwich City dan Sheffield United naik kasta ke EPL 2019/2020.
Dibanding Solskjaer, Lampard memang masih "belia" dalam pekerjaan ini. Baru dua tahun lalu (2017) dirinya pensiun sebagai pemain, langsung mengambil kursus kepelatihan. Mei 2018 ditunjuk membesut Derby County.Â
Sekali lagi. Seandainya Abramovich benar-benar menginginkan Lampard membesut The Blues, maka Solskjaer akan menjadi lawan pertamanya di EPL.
Tampaknya Lampard bakal kedodoran, mengingat singkatnya persiapan membenahi skuad. Sudah ditinggalkan Eden Hazard, belum lagi masalah larangan The Blues terjun ke bursa transfer selama setahun.Â
Lampard hanya bisa mengandalkan skuad yang ada ditambah para pemain muda dari akademi. Callum Hudson-Odoi dan Mason Mount tampaknya akan ditarik dari Derby untuk masuk tim inti.
Staf pelatih juga banyak kekosongan. Sarri membawa hampir seluruh timnya. Maka Lampard kabarnya akan mengajak rekan-rekan yang pernah satu tim dengannya, seperti Didier Drogba, Paulo Ferreira, termasuk sang senior Claude Makalele, dan lainnya. Para eks Chelsea sangat dibutuhkan, mengingat mereka memahami klub ini. Mereka akan bahu-membahu demi membangun kembali kejayaan The Blues.
Nasib Solskjaer lebih baik. Dia bebas berbelanja pemain. Kendati masih pontang-panting berburu di bursa transfer, dirinya tentu lebih siap. Solskjaer memiliki banyak waktu memikirkan kerangka tim. Ibarat perlombaan, Solskjaer curi start tujuh bulan (sejak Desember 2018) lebih awal dari sang rival.