Â
Persoalan-persoalan yang dihadapi kota-kota di Indonesia adalah tidak terintegrasinya tiga aspek pembangunan tersebut di atas. Misalnya lebih fokus pada pembangunan fisik, asyik mempercantik kota, dan mengejar pertumbuhan ekonomi (makro), tetapi memberi porsi kecil untuk aspek sosial-budaya. Atau sibuk mengurusi aspek sosial-budaya sementara fasilitas fisik tetap buruk, akibatnya tidak mampu mendukung pertumbuhan ekonomi.
Â
Sulit melepaskan persoalan-persoalan tersebut dari buruknya kepemimpinan. Pemimpin yang tidak cerdas apalagi curang hanya akan menghasilkan lebih banyak persoalan seperti ketimpangan sosial, kemiskinan, tingginya angka kriminalitas, tercipta masyarakat individualistis yang kurang memiliki rasa tanggungjawab terhadap kepentingan publik, dan banyak persoalan lingkungan antara lain tumbuhnya perumahan liar yang membentuk kawasan-kawasan kumuh, sampah tak terurus, dan banjir yang tak tertanggulangi secara baik. Seiring waktu, ketika tumpukan masalah tak tertanggulangi, sang pemimpin pun bertindak seperti pemadam kebakaran.
Â
Dalam hal ini, sebagai warga Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Penulis menggunakan contoh kasus Kota Batam. Apakah Kota Batam mampu menerapkan konsep smart city?
Â
Pemanfaatan ICT
Â
Terkait pemanfaatan infrastruktur telekomunikasi modern/teknologi informasi (ICT), sebenarnya Kota Batam jauh lebih unggul dari kota manapun di seluruh Indonesia. Tahukah Anda bahwa di kota inilah Telkomsel dilahirkan 20 tahun lalu? Perusahaan telekomunikasi selular terbesar di Tanah Air itu berdiri di Batam pada 26 Mei 1995 ketika Menristek Prof BJ Habibie masih memimpin Otorita Batam (1978-1998). Mantan Presiden RI Â dan ahli pesawat terbang itu pula yang didaulat melakukan panggilan pertama menggunakan telepon selular.
Â