[caption id="attachment_367536" align="aligncenter" width="567" caption="Ilustrasi (sumber: personalexcellence.co)"][/caption]
SEORANG bocah belasan tahun bersama tiga teman perempuan sedang meluncur dengan skateboard di trotoar depan area pertokoan. Tiba-tiba bocah lelaki itu terjatuh, bawaannya berserakan di trotoar. Seorang pria bertubuh kekar dengan tattoo di lengannya keluar dan segera membantu bocah itu. Pria yang mengenakan life vest – baju pelampung - warna kuning itu tampak menanyakan kondisi sang bocah. Selanjutnya si bocah berlalu sembari menunjukkan rasa terima kasih; bukan dengan kata-kata, hanya melalui tatapan.
Kebaikan pria kekar tadi seolah menular kepada bocah itu. Hanya beberapa langkah dari tempat dia jatuh, si bocah langsung melihat “peluang” untuk membalas kebaikan yang baru saja diterimanya. Dia langsung berinisiatif membantu seorang nenek yang hendak menyeberangi jalan tetapi tampak kepayahan dengan barang bawaannya. Dia segera mengambil bawaan nenek itu dan membantunya menyeberangi jalan.
Si nenek pun langsung “membalas” kebaikan bocah tadi dengan memberikan uang koin kepada seorang perempuan yang sedang membutuhkan. Perempuan ini pun tertular. Dia melihat seorang pria yang baru keluar dari toko menjatuhkan sesuatu dan segera memungut untuk diberikan kepadanya. Baru beberapa langkah, pria itu melihat seorang pria lainnya sedang kepayahan menurunkan sebuah koper besar dari mobil. Dia langsung membantu pria itu mengangkut koper dan segera berlalu dari situ.
Pria yang dibantu mengangkat koper langsung melihat peluang untuk “membalas” perbuatan baik yang baru dia peroleh. Dia segera membeli dua hotdog, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk diberikan kepada pria gelandangan berkulit hitam dan berambut gimbal yang sedang duduk di depan toko. Penjual hotdog tak mau ketinggalan, dia pun memberi sebotol air minum kepada pria tadi untuk diberikan kepada gelandangan. Ketika asyik menikmati hotdog, pria gelandangan melihat seorang gadis lupa mengambil ponselnya saat hendak pergi. Dia segera mengambil ponsel itu lalu mengejar si gadis itu untuk mengembalikannya.
Kebaikan si gelandangan menular kepada gadis ini. Si gadis kemudian membeli sekuntum bunga untuk diberikan kepada seorang perempuan tua yang tampak kesepian di sebuah cafe. Sebelum meninggalkan mejanya, perempuan tua yang kesepian itu meninggalkan selembar uang kertas untuk pelayan cafe. Sementara perempuan yang memberikan bunga mendapat hadiah sekuntum mawar merah dari penjual bunga.
Seolah tak mau ketinggalan, pelayan cafe yang terheran-heran ditinggalkan tip cukup besar di atas meja, segera menuangkan segelas air putih untuk seorang pria yang tampak kepanasan di jalan. Pria terakhir itu tak lain pria pertama yang menolong bocah laki-laki ketika terjatuh dari skateboard-nya. Dia memperoleh “balasannya” setelah kebaikannya menular kepada sebelas orang di sekitar lokasi itu. Saya kagum melihat bagaimana perbuatan baik mampu menular dari satu orang kepada orang lainnya. Selengkapnya silakan saksikan video berjudul "Life Vest Inside - Kindness Boomerang - One Day" di link berikut ini: https://www.youtube.com/watch?v=nwAYpLVyeFU
Setelah menyaksikan video tersebut, saya mencari lebih jauh mengenai tujuan pembuatan video tersebut. Saya menemukan alamat url: http://www.lifevestinside.com/, merupakan alamat website sebuah lembaga sosial yang mengampanyekan kebaikan. Di sana dijelaskan bahwa misi yang diusung adalah untuk menggerakan dan menyatukan dunia melalui kebaikan. Life Vest Inside ingin agar semua orang di seluruh dunia berperan sebagai katalisator perubahan positif bagi dunia. "Kami mengubah inspirasi ke dalam tindakan melalui media inspirasi , teknologi , pendidikan , dan keterlibatan sosial secara diam-diam."
Life Vest menggambarkan bahwa lembaga tersebut ada semata-mata karena karunia dan keyakinan bahwa apa yang mereka lakukan untuk membangun dunia yang ramah bukan sesuatu yang mustahil. Bahwa setiap orang bisa menjadi "bahan bakar" untuk menggerakkan dan menularkan kebaikan ke orang-orang di seluruh dunia.
Lembaga tersebut telah melakukan survei terhadap 1.000 responden untuk mengetahui sejauh mana dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat dari upaya mereka menularkan kebaikan. Hasilnya; 81 persen responden mengaku lebih banyak melakukan kebaikan; 67 persen melihat lebih banyak peluang untuk melakukan kebaikan; 46 persen merasa telah diberdayakan (untuk melakukan kebaikan); 48 persen merasa dirinya menjadi lebih baik.
Setelah menyaksikan film itu, saya teringat pada kejadian baru-baru ini, yang kurang lebih sama. Hampir setiap hari saya melihat seorang pria setengah baya, yang juga sopir angkot, nongkrong di depan toko sembari menikmati sarapan. Saya pernah kesal pada pria itu karena angkotnya diparkir di tempat parkir kami.
Beberapa hari lalu, pria tersebut terpaksa berteduh di emperan toko kami karena hujan deras. Saya mengambilkan kursi karena kasihan melihatnya berdiri. Hujan sangat deras dan tak lama berselang jalan di depan toko sudah dipenuhi air – banjir! Tiba-tiba muncul seekor ular yang hendak masuk ke toko kami. Pria ini tak peduli pakaiannya menjadi basah, dia berusaha keras menghalau ular itu agar tak masuk ke toko. Dia juga berinisiatif membantu seorang ibu tua yang tampak kepayahan memindahkan meja dan kursi yang mulai hanyut dibawa banjir.
Permukaan air semakin tinggi. Setiap ada mobil lewat pasti menimbulkan ombak sehingga airnya masuk sampai ke dalam toko. Ibu tua itu, tanpa ada yang menyuruh, berinisiatif mengambil selembar triplek untuk dijadikan penghalang agar banjir tak masuk ke dalam toko kami.
Begitulah cara perbuatan baik menular dari satu orang ke orang lainnya. Kendati perbuatan baik yang kita lakukan tidak mengandung niat agar kita juga memperoleh kebaikan dari mereka yang kita bantu, tetapi percayalah, suatu ketika kita pasti akan memperoleh balasannya sebagaimana gambaran di atas. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H