Lembaga tersebut telah melakukan survei terhadap 1.000 responden untuk mengetahui sejauh mana dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat dari upaya mereka menularkan kebaikan. Hasilnya; 81 persen responden mengaku lebih banyak melakukan kebaikan; 67 persen melihat lebih banyak peluang untuk melakukan kebaikan; 46 persen merasa telah diberdayakan (untuk melakukan kebaikan); 48 persen merasa dirinya menjadi lebih baik.
Setelah menyaksikan film itu, saya teringat pada kejadian baru-baru ini, yang kurang lebih sama. Hampir setiap hari saya melihat seorang pria setengah baya, yang juga sopir angkot, nongkrong di depan toko sembari menikmati sarapan. Saya pernah kesal pada pria itu karena angkotnya diparkir di tempat parkir kami.
Beberapa hari lalu, pria tersebut terpaksa berteduh di emperan toko kami karena hujan deras. Saya mengambilkan kursi karena kasihan melihatnya berdiri. Hujan sangat deras dan tak lama berselang jalan di depan toko sudah dipenuhi air – banjir! Tiba-tiba muncul seekor ular yang hendak masuk ke toko kami. Pria ini tak peduli pakaiannya menjadi basah, dia berusaha keras menghalau ular itu agar tak masuk ke toko. Dia juga berinisiatif membantu seorang ibu tua yang tampak kepayahan memindahkan meja dan kursi yang mulai hanyut dibawa banjir.
Permukaan air semakin tinggi. Setiap ada mobil lewat pasti menimbulkan ombak sehingga airnya masuk sampai ke dalam toko. Ibu tua itu, tanpa ada yang menyuruh, berinisiatif mengambil selembar triplek untuk dijadikan penghalang agar banjir tak masuk ke dalam toko kami.
Begitulah cara perbuatan baik menular dari satu orang ke orang lainnya. Kendati perbuatan baik yang kita lakukan tidak mengandung niat agar kita juga memperoleh kebaikan dari mereka yang kita bantu, tetapi percayalah, suatu ketika kita pasti akan memperoleh balasannya sebagaimana gambaran di atas. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H