[caption id="attachment_316892" align="aligncenter" width="225" caption="Dr Jonatan A Lassa MSc Dr.Ing (www.ash.harvard.edu)"][/caption]
PRESIDEN dan wakil presiden terpilih Joko Widodo – Jusuf Kalla akan menyusun kabinet untuk membantu pemerintahan mereka. Walau mendapat beberapa kritik dari sejumlah kalangan, Jokowi dikabarkan tetap menggunakan pola lelang jabatan seperti di DKI untuk menjaring para menterinya. Kita sebagai masyarakat biasa pun tidak dilarang untuk mengusulkan kandidat potensial yang memiliki kapasitas mumpuni untuk mengisi pos-pos yang ada.
Kriteria yang disodorkan Jokowi sederhana, tapi tidak mudah. Yakni kepemimpinan (leadership)-nya kuat, kompeten, punya kemampuan manajerial yang baik, paham administrasi pemerintahan, bersih, dan tentu saja mau melayani.
Karena masyarakat dibolehkan mengusulkan nama-nama kandidat, maka kami, sejumlah anak-anak asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ingin menyodorkan satu sosok terbaik yang kami punya untuk ikut membangun negeri dan bangsa ini. Dia adalah Dr Jonatan A Lassa MSc Dr.Ing. Kami mengusulkan dia sebagai Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT).
Siapa sih dia? Kok baru tahu namanya sekarang (ketika Anda membaca artikel ini)? Bisa apa dia?
Ya, mungkin nama ini masih asing di telinga masyarakat Indonesia. DR Jonatan memang tidak sering berbicara dari televisi ke televisi, juga bukan buruan para reporter untuk mendapat kutipan menohok dan kontroversial. Apalagi dia sangat jauh dari pusat pemerintahan dan tidak punya relasi khusus dengan para pemain utama di kancah perpolitikan negeri ini.
Tetapi dia tak pernah berhenti berpikir tentang bangsa ini. Sumbangan pemikirannya bertaburan di berbagai jurnal ilmiah. Lebih dari 100 karya tulis, artikel populer, dan opini di media massa terkemuka (antara lain Kompas, The Jakarta Post, Pos Kupang, dan sebagainya), dan tidak terhitung di blog dan newsletter untuk kalangan terbatas. Dengan mengetikkan “Jonatan A Lassa” di mesin pencarian Google, Anda sudah bisa mengetahui apa saja “isi kepala” DR Jonathan.
Selain sumbang saran pemikiran untuk bangsa, DR Jonatan adalah pemikir penting bagi kami orang NTT. Di antaranya menjadi inisiator pembentukan Forum Academia NTT (FAN), sebuah perkumpulan kaum intelektual yang selalu berdiskusi mengenai berbagai isu dan juga memberikan penghargaan NTT Academia Award bagi orang-orang spesial, kreatif, dan rela mengorbankan dirinya bagi kemaslahatan banyak orang di NTT.
DR Jonatan juga tak pernah berhenti meneliti mengenai penghidupan berkelanjutan dan mengunjungi daerah-daerah tertinggal di lebih dari 12 provinsi di Indonesia, antara lain Papua, Papua Barat, NTT, dan NTB. Juga berpengalaman dalam kegiatan kemanusian dan penelitian di Aceh, Jogjakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jakarta, Sumatra Barat, Sumatra Utara (termasuk Nias dan Tapanuli Tengah). Berpengalaman dalam menangani pengentasan kemiskinan perkotaan di Jawa Timur bersama Badan Pangan Dunia dan lambaga-lembaga swadaya masyarakat sekitar tahun 2000-2002. Juga berpengalaman dalam berbagai pengelolaan program lembaga-lembaga internasional maupun lokal dalam 15 tahun terakhir.
Alumni Harvard University, Cambridge, ini juga memberikan perhatian untuk pendidikan anak bangsa. Selain tak pernah berhenti mendorong dan membantu mencarikan beasiswa bagi kaum muda untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri, DR Jonatan juga mendirikan Kupang International Montesori School (KIMS), sebuah sekolah yang ‘berbeda’ dibanding sekolah pada umumnya. Sekolah ini menonjolkan aspek kejujuran dan kualitas dari anak didik, membantu mereka menjadi theory builders, inventors, dan creator, filsuf dan produsen ide sejak usia dini serta pembawa perdaimaian bagi dunia (peace makers).
Saya kira saudara Andy F Noya sebagai host acara Kick Andy perlu mengundang DR Jonatan untuk menceritakan pengalaman hidupnya yang tidak mulus di pelosok NTT, persisnya di Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Mengapa? Karena seperti Jokowi, yang juga datang dari keluarga miskin di bantaran kali, kehidupan DR Jonatan tak jauh berbeda.