Air, narkoba, dan iPad
DR Sonny memaparkan bahwa hanya 47 persen penduduk Indonesia yang terpapar air. “Tapi 70 persen memiliki handphone,” ujarnya sebagai bentuk refleksi bahwa kebutuhan tersier seperti pemilikan telepon genggam justru jauh melampaui kebutuhan paling mendasar manusia di Indonesia. Dia menambahkan, “28 Persen penduduk Indonesia tidak memiliki rumah,” ujar ahli demografi terkemuka di Indonesia itu.
Dia menekankan bahwa ancaman terbesar bagi Indonesia untuk meraih bonus demografi adalah narkoba. Disebutkan bahwa penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (Napza) di Indonesia sangat tinggi. “Narkoba benar-benar menghancurkan generasi muda," ujarnya.
Sehingga dia mengingatkan agar mewaspadai betul bahaya penyalahgunaan narkotika. “Jangan sampai semakin banyak penduduk Indonesia usia produktif menjadi pengguna narkoba. Dampaknya, penduduk usia produktif justru akan menjadi beban negara," tegasnya.
Sebagai informasi, menurut catatan Badan Narkotika Nasional (BNN), hingga tahun 2013 narkoba telah merenggut 4,2 juta jiwa atau rata-rata mengakibatkan kematian 40 orang per tahun akibat penyalahgunaan narkoba. Prediksi BNN, angka kematian akibat narkoba akan terus meningkat hingga mencapai 5,1 juta orang di tahun 2015. Kerugian ekonomi negara akibat narkoba mencapai Rp 41 triliun per tahun, terdiri dari biaya ekonomi dan sosial. Data lainnya malah menyebut kerugian akibat penyalahgunaan narkotika mencapai Rp 50 triliun per tahun.
Sebelumnya, untuk memberikan gambaran kepada para blogger Kompasiana di Batam, DR Sonny memberikan sebuah analogi menggunakan iPad soal bagaimana meraih bonus demografi. Kata dia, iPad adalah gadget multiguna, namun tak semua orang memahami manfaat alat tersebut. “Ada yang hanya gunakan untuk bermain game, ada yang cuma pernah mendengar mengenai iPad, tetapi ada yang tahu semua fungsi dan manfaatnya. Demikian pula bonus demografi,” papar dia.
Menjawab pertanyaan soal mengapa Brazil dan Afrika Selatan gagal memanfaatkan bonus demografi, menurut DR Sonny, sebenarnya kedua negara itu bukan gagal, tetapi tidak mampu mengoptimalkan bonus demografinya.
Jadi, mampukah Indonesia menikmati bonus demografi tahun 2020-2030? (*)
ARTIKEL TERKAIT:
Begini Cara BKKBN Agar Indonesia Meraih Bonus Demografi
Merawat Generasi, Menuai Bonus Demografi