Beberapa bulan setelah merasa berhasil melakukan isolasi keluarga. Dia menyesali bahwa tindakannya yang mengeluarkan ART sebelum nya bukanlah hal bagus.Â
Padahal maksudnya cuma agar ART itu tak menjadi sumber penyebaran wabah yang ditakuti nya. ART sebelumnya adalah warga setempat yang datang pagi dan pulang sore.Â
Ibunya yang menderita struk ringan memerlukan perhatian. Begitu pula Ayahnya yang beranjak Lansia. Astrid sungguh merasa cemas
Sudah dua minggu ini, Astrid didera rasa kelelahan. Melayani kedua orangtuanya dengan situasi keadaan mereka, ternyata cukup menguras tenaganya.Â
Seminggu kemudian, seorang ART baru telah mulai hadir dirumah besar mereka. Seorang gadis muda dari kampung seberang. Dengan perjanjian tiga bulan sekali baru boleh pulang.Â
Astrid sengaja mencari ART yang telah menjalani dua kali vaksinasi, dan dia membiayai swab pcr ART Â itu sehari sebelum masuk kerumah mereka, hasilnya negatif.Â
Dia memang sengaja mencari orang yang sudah divaksin dua kali. Walau menghabiskan waktu bertele-tele dengan orang dari Biro pencari ART, akhirnya semua beres.Â
Dua bulan berjalan, Astrid sekarang merasa lega. Â Kini dia bisa sedikit berleha-leha dengan hadirnya ART baru. Dia bisa ngobrol ngalor-ngidul dengan sobat-sobat akrabnya, atau meluapkan aktivitas nyinyirnya di seliweran jejaring sosial.Â
Tetapi, suatu hari dia mendapati, Ibunya mendadak batuk-batuk disertai demam. Langsung saja rasa curiga nya tertuju pada virus yang mewabah itu.Â
Jantungnya bagai tersentak saat dokter Klinik yang dikunjungi memberikan berkas hasil tes swab dari ibunya. Oh Tuhan, beliau positif Covid19.Â
Dan malapetaka itu tak ubahnya seperti sebuah kutukan dalam kisah-kisah di sebuah buku dongeng. Empat penghuni rumah ternyata dinyatakan terpapar dan positif.Â