Bergerombolan bareng kawan satu kampung, saya kerap berjejalan bergabung dengan partisan lainnya. Berpartisipasi sekaligus mewarnai aksi-aksi perlawanan untuk rezim Soeharto.Â
Pernah sekali waktu disaat mimbar bebas berlangsung, tiba-tiba puluhan anak muda berbaris riuh menyelip masuk. Mereka meneriakan yel-yel penuh semangat. Ternyata mereka adalah anak-anak PRD yang dipimpin Budiman Sudjatmiko.Â
Sebenarnya, sebelum peristiwa kudatuli. Ada kejadian demo lainnya yang cukup rusuh juga. Saya lupa tanggalnya, tetapi ingat bahwa kejadian itu memang terjadi di bulan Juni ( Â tgl. 21-22? ) 1996, kurang lebih sebulan sebelum kudatuli. Sebab saya turut serta didalam aksi demo itu.Â
Kalau tak salah, hari di bulan Juni itu diadakan aksi demo yang direncanakan bakal menuju istana. Tepat dihari H, jumlah peserta aksi yang datang dan berkumpul cukup besar.Â
Dan tiba pada saat aksi mulai beranjak start.Â
Sejumlah besar peserta yang sudah berjalan keluar, mendadak berhenti. Barisan paling depan tak dapat meneruskan jalannya. Sekelompok tentara ternyata telah menutup arah menuju Jalan Imam Bonjol.Â
Mereka berbaris rapat  ditepi jalan Surabaya yang melintang ditubuh jalan Diponegoro, menutup ujung jembatan yang cuma berjarak puluhan meter dari kantor PDIP. Sehingga siapapun tak bisa lewat tanpa menembus barisan mereka.Â
Akhirnya, setelah terjadi aksi dorong-mendorong. Jejalan masa berhasil memecah hadangan petugas. Ribuan masa berbondong-bondong dengan histeria memenuhi jalan kearah Imam Bonjol.Â
Semua berjalan santai menuju lokasi yang ditujukan yaitu Istana Negara. Sambil lewat saya sempat menyapa seseorang yang rupanya bernama Sri Bintang Pamungkas.Â
Di perempatan Patung Kuda Barisan peserta ditolak masuk ke jalan merdeka barat. Kami diarahkan oleh aparat untuk lewat kejalan Merdeka Selatan, dimana gedung balai kota DKI berada.Â
Dari merdeka Selatan, ribuan masa masih berusaha untuk sampai ke Istana. Mereka berbelok ke jalan Merdeka barat melewati stasiun Gambir.Â