No. 47 - EFFENDI Â SUTANJA
Â
Â
ALKISAH, dalam sebuah kebun hiduplah seekor ayam dan seekor bebek yang sama
sama kehilangan induk, induk ayam diterkam oleh musang dan induk bebek dilahap
oleh buaya.
Â
Semula mereka bersaing dalam mencari nafkah alias makanan di areal kebun terse
but, Sang Ayam merasa kebun itu areal kekuasaannya selalu marah terhadap Sang
Bebek yang kehilangan kolam karena musim kemarau yang panjang dan kolam ter
sebut menjadi kering kerontang.
Â
Akibat persaingan tersebut setiap berjumpa (maklum areal kebun yang sempit)ke-
duanya saling berbaku hantam tanpa ada yang mau mengalah. Sang Ayam kehi -
langan bulu-bulunya karena disosor oleh Sang Bebek dan Sang Bebek sendiri ke-
hilangan jambulnya karena dipatok oleh Sang Ayam.
Â
Demikian pertengkaran tersebut selalu terjadi sehingga suatu kejadian yang mem
buat mereka menyadari tentang pentingnya hidup bersama dan menghilangkan
perbedaan di antara mereka.
Â
Suatu malam yang dingin, Sang Ayam tengah terkantuk-kantuk bertengger di da
han pohon, ketika sepasang mata yang bersinar memperhatikan dan mengendap
endap siap untuk menerkam. Mata seekor musang !
Kebetulan Sang Bebek yang gelisah di bawah pohon karena hari itu dia tidak cu
kup mendapat makanan akibat kekeringan yang makin melanda areal kebun.
Sang Bebek terkejut ketika kepalanya kejatuhan kotoran yang dilepaskan Sang
Musang. Mungkin saking gairah mengincar Sang Ayam tanpa disadari Sang Mu-
sang mengeluarkan "kopi" dari balik perutnya alias be-a-be.
Â
Sang Bebek yang merasa terganggu berceloteh dengan lantang : Kwek, Kwek
Kwek dan mengejutkan Sang Ayam dari tidur nyenyaknya, Kok, Kok, Peletok,
Peletok, dan serta merta Sang Ayam sadar bahwa dirinya menjadi incaran Sang
Musang. Segera dia terbang menjauh, demikian pula Sang Bebek yang dengan
cepat berlari dari bawah pohon tersebut. Dan keduanya selamat dari mara ba -
haya terkaman Sang Musang.
Â
Ketika hari mulai terang dan Sang Ayam berkokok menyambut matahari pagi
Sang Bebek pun mengibas-ibaskan sayapnya, kedua binatang ini menyadari
bahwa semalam tanpa sengaja mereka saling membantu untuk terhindar da
ri ancaman maut yang menghadang.
Â
Sejak saat itu keduanya berteman, Sang Ayam membagi butiran-butiran ma
kanan dari bunga-bunga hutan dan ketika musim penghujan tiba Sang Bebek
pun membagi cacing untuk Sang Ayam, yang dicari dari dasar kolam yangÂ
mulai berair.
Demikian pun ketika kebakaran hutan akibat ulah manusia merembet ke ke
bun tempat mereka bermukim, keduanya saling membantu karena Sang Be
bek mahir berenang dan mengambil air untuk membasahi Sang Ayam agar
terhindar dari bahaya asap alias ispa dan panasnya api.
Â
Semoga kisah sederhana ini menyentuh manusia yang selalu saling berten
tangan akibat perbedaan padahal tanah yang dipijaknya sama.
Â
Â
Untuk membaca karya peserta lain, silakan menuju Akun Fiksiana Community
(http://www.kompasiana.com/androgini)Â
Dan silakan bergabung di group FB Fiksiana Community
(http://www.facebook.com/groups/175201439229892)
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H