Suasana malam itu, di Masjid Al Mu'minun Kelurahan Kenanga, Kecamatan Sungailiat, tampak ramai. Ratusan warga berkumpul di teras masjid bersama dengan tokoh masyarakat, pemuda, pemuka agama, pihak pemerintahan, dan pihak Pabrik Tapioka, PT Bangka Agri Asindo (BAA) untuk membahas permasalahan bau tak sedap yang telah lama muncul dan meresahkan warga Kenanga, Jum'at (10/3/2018).Â
Dalam rapat tersebut warga menyepakati bahwa dalam kurun waktu 3 x 24 jam atau 3 hari, permasalahan bau busuk pabrik tapioka tersebut harus sirna dan apabila tidak dapat dihilangkan maka warga meminta agar perusahaan tersebut menutup pabrik tersebut karena sudah sangat menyengsarakan warga Kelurahan Kenanga.Â
Dalam rapat yang dipimpin oleh Lurah Kenanga, Yudhi, diawali dengan laporan dari perwakilan warga yang pada tanggal 1 Maret lalu mengikuti kunjungan kerja ke Lampung untuk melihat dan menyaksikan aktivitas pabrik Tapioka di sana.
Dari laporan yang disampaikan warga yang ikut Kunjungan Kerja tersebut bahwa keberadaan pabrik tapioka di sana sangat menguntungkan masyarakat sekitar di mana onggok ubi casesa tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pakan sapi dan penyubur tanaman. Selain itu juga, 30 orang warga tersebut mengunjungi UMKM di Lampung yang memanfaatkan olahan dari limbah ubi tersebut.Â
Dua orang perwakilan PT BAA yang menghadiri rapat tersebut tak dapat berkomentar banyak dalam forum tersebut karena masyarakat sudah merasa tidak terima dengan bau busuk yang sudah mendera setahun belakangan ini.Â
Beberapa poin yang dapat disimpulkan dalam rapat tersebut yakni:Â
- PT BAA ini melanggar ketentuan Perda Kab. Bangka No. 1 Tahun 2013 Tentang RTRW Kab. Bangka Tahun 2010-2030 karena mendirikan pabrik di daerah yang BUKAN kawasan industri,
- Pabrik ini telah melanggar ketentuan pengolahan limbah pabrik yang tidak sesuai prosedur sehingga berdampak menimbulkan bau busuk yang muncul hampir setiap hari,
- Masyarakat Kenanga dan sekitarnya telah berulangkali memberikan kesempatan dalam hampir setahun terakhir ini kepada pabrik untuk segera menghilangkan efek bau busuk tersebut, namun ternyata pihak pabrik tidak bisa menyelesaikan permasalahan bau busuk tersebut.
Bau busuk tersebut ternyata masih tetap ada menyelimuti penciuman warga setelah waktu yang ditetapkan, dan akhirnya permasalahan tersebut diharapkan dapat diselesaikan agar tidak terjadi gejolak di masyarakat.Â
Masyarakat diharuskan mencium udara yang tidak segar, sewaktu melakukan ibadah di masjid, penceramah harus sesekali menutup hidungnya karena bau yang menyengat.
Masyarakat Kenanga merasa malu karena para tamu yang mendatangi Kelurahan Kenanga yang setiap tahun memperingati tahun baru Islam 1 Muharram yang sudah masuk agenda pariwisata Provinsi Babel harus merasakan udara busuk tersebut.
Warga Kenanga dan sekitarnya sebenarnya sangat welcome mengenai investasi yang ada di daerahnya seperti beberapa pabrik sebelum tahun 2013 sudah berdiri di Kelurahan Kenanga, seperti smelter, pabrik es, dan lainnya tidak ada permasalahan karena tidak menganggu masyarakat sekitarnya.
Ketika pertama kali rencana pembangunan pabrik tersebut dibangun, menyeruak semangat bahwa Kelurahan Kenanga bisa berkembang lebih baik, Namun, kemudian permasalahan bau busuk limbah ubi tersebut muncul ke masyarakat yang memunculkan polemik.Â
Investasi yang diharapkan berimbas baik kepada masyarakat ternyata masih belum dapat dioptimalkan sehingga menjadi permasalahan di masyarakat yang harus segera diselesaikan agar tidak terjadi permasalahan yang tidak berkesudahan dan hingga saat ini pabrik tersebut belum juga diresmikan walaupun sudah beroperasi setahun lebih di Kabupaten Bangka.
Diharapkan permasalahan ini tidak berkelanjutan, investor bisa menjalankan usahanya dengan baik dan masyarakat tidak terusik keharmonisannya serta bisa menghirup udara segar tanpa terkontiminasi udara yang tidak segar. (**)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H