Mohon tunggu...
Eddie MNS Soemanto
Eddie MNS Soemanto Mohon Tunggu... Penikmat Humor

Buku puisinya Konfigurasi Angin (1997) & Kekasih Hujan (2014). Saat ini bekerja di sebuah perusahaan otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Money

Hipokrit

9 Agustus 2010   17:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HARI MInggu kemarin saya bertemu dengan seorang rekan (tepatnya adik) yang dulu pernah sekantor dengan saya. Dibanding dulu, sekarang dia agak hitaman. Dia menarik saya ke warung kopi. Ngajak minum.

Dia memuji saya. Saya pun membalas memuji dia.
"Tapi enakan yang dulu, Mas," katanya.

"Dulu yang mana," sahut saya pura-pura bego.

"Ya waktu sekantor sama si Mas lah. Semuanya jelas.".

Saya tersenyum. "Apanya yang enak kalau kita masih karyawan.".

"Ah, Mas ini selalu begitu.".

"Selalu begitu gimana?".

"Walaupun karyawan kan posisi dan tempat kerjanya enak.".

Sebetulnya rada malas (akhirnya) saya membahas masalah enak dengan status karyawan ini. Masa jadi karyawan enak?

"Kalau enak kenapa kamu dulu ke luar," timpal saya.

"Yah, itulah Mas, saya ke luar kan disuruh mengundurkan diri karena saya dituduh melanggar administrasi.".

Saya tatap matanya. Ada sedikit kekecewaan di sana. Lalu....

"Nah, kalau memang akan ke luar juga, kenapa sebelumnya kamu takut-takut waktu kita demo rame-rame menentang kebijaksanaan bos otoriter?"

Sesaat dia terdiam. "Masih ingat juga Mas rupanya.".

"Semuanya saya masih ingat. Termasuk waktu kamu dipanggil bos yang katanya kamu diiming-imingi sesuatu, asal jangan ikut-ikutan demo dengan kami."

"Itulah bodohnya saya, Mas."

Sebetulnya teman saya itu tidak bodoh. Cuma otak tak tangkap (hehehe). Tidak... Tidak. Rekan saya itu tidak bodoh tidak juga tak tangkap otaknya. Cuma rada sedikit penakut saja. Sebalik orang menentang bos, masa kita sendiri jadi matir untuk membela kepentingan bos. Lagian yang didemo bukan kantor, tapi murni oknum/diri pribadi si bos yang sudah jadi toxic leader. Tapi begitulah, orang-orang seperti rekan saya tadi, kabarnya jumlahnya tidak sedikit. Karena alasan takut dipecat, dan lalu jadi pengangguran, biarlah dibenci rekan-rekan asal karir melejit. Termasuk Andakah?@9VIII10.

*www.narasied.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun