Mohon tunggu...
sugeng priyadi
sugeng priyadi Mohon Tunggu... -

Seorang lelaki yang sedang bertahan hidup di cileungsi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pernahkah Anda Membaca Kitab Kuning..

26 Maret 2012   16:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:27 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_171009" align="aligncenter" width="300" caption="matan imrithi"][/caption] Sebelumnya bagi yang muslim tentunya mempunyai kegiatan keislaman rutin berupa pengajian. Misalkan pengajian rutin tiap hari, atau tiap pekan, atau tiap bulan atau bahkan tiap tahun.. Ada juga kegiatan keislaman berupa pengajian yang tidak rutin seperti peringatan atau yang sifatnya insidental seperti pesantren kilat, tabligh akbar dan bedah buku  atau hanya mendengar di radio atau sebagai pemirsa di sebuah pengajian di TV.. Yah begitulah sebagai seorang muslim selain jasmani kita beri makan dan minum dengan makanan dan minuman maka ruhani kita juga perlu diberi makan berupa siraman ruhani, pengajian sehingga bisa seimbang kehidupan kita.. Dan dalam pengajian rutin banyak sekali metode yang disampaikan, baik berupa ceramah agama sehingga kita tinggal mencatat atau hanya sekadar mendengarkan pemateri menyampaikan ceramahnya. Ada juga yang hanya baca alqur'an atau baca surat yasin bersama-sama (yasinan), atau dzikir bersama-sama (tahlilan atau dzikir berjamaah).. Ada juga pengajian yang berbentuk dialog atau diskusi lain berupa liqo yang dibimbing oleh murabbi yang ini pernah saya ikuti pertama kali waktu SMA karena dan berlanjut ketika awal kuliah.. Bentuk lainnya adalah pengajian berupa kajian kitab, dan ini lah yang sekarang saya lebih saya tekankan untuk rutin saya ikuti.. Memang pengajian kitab mungkin dulunya didominasi oleh kalangan pesantren salafiyah (pesantren tradisional) karena membutuhkan kemampuan bahasa arab seperti nahwu dan sharaf yang cukup. Karena kajian kitab tentu rujukannya berupa kitab arab gundul (tulisan arab yang tidak berharakat) yang dulu seringnya kitabnya  tercetak di atas kertas-kertas kuning sehingga disebut KITAB KUNING.. Namun sekarang kalangan masyarakat umum juga banyak yang mengikuti kajian kitab gundul ini. Tentunya ini memacu mereka untuk belajar bahasa arab. [caption id="attachment_171012" align="aligncenter" width="300" caption="syarah bulughul maram"]

1332778827391973530
1332778827391973530
[/caption] Ada beberapa kitab kuning yang saya pernah ikuti seperti syarah muqaddimah aljurumiyah, syarah bulughul maram, syarah riyadhus shalihin, taisir mushthalah hadits.. Ada juga kitab fiqih madzhab syafii seperti safinatun najah,kitab hadits syarah al-arba'in an-nawawi, kitab tafsir alqur'anil azhim ibnu katsir.. [caption id="attachment_171013" align="aligncenter" width="300" caption="Tafsir alquranil azhim ibnu katsir"]
13327793001827277748
13327793001827277748
[/caption] Menurut saya ada keunggulannya kita ikut pengajian dengan cara kajian kitab gundul/kitab kuning.. 1. Kita merujuk langsung ke sumber aslinya, berupa al-qur'an dan hadits yang tidak diterjemahkan, sehingga kita akan bisa menerjemahkan atau memaknai al-qur'an dan hadits tanpa terpaku pada terjemahan tentunya dengan bimbingan ustadz.. 2. Kita juga juga bisa langsung membaca dan memahami pendapat/perkataan para ulama ketika menjelaskan tentang suatu permasalahan agama dengan bahasa yang mereka  gunakan berupa bahasa arab. Misalkan kita bisa membaca langsung perkataan Imam As-Syafi'i rahimahullah tentang suatu masalah, atau perkataan Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma ketika menafsirkan suatu ayat al-qur'an. 3. Sesungguhnya memahami ilmu agama dengan langsung merujuk ke bahasa arab lebih tepat kita tak perlu menerjemahkan kebahasa indonesia. 4. Kita akan terpacu untuk belajar bahasa arab, dan ketika sudah mulai bisa bahasa arab  ini tentunya sangat akan membantu meningkatkan kualitas ibadah kita seperti ketika membaca al-quran bisa lebih menghayati karena tahu maknanya, ketika sholat/berdoa kita juga lebih khusuk karena faham apa yang sedang kita panjatkan.. untuk yang ke 5, 6 dan seterusnya mungkin ada yang mau menambahkan.. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun