Panggil saja dia Lukito. Anak laki laki usia 8 tahun yang menggembala kambing tetangganya setiap habis pulang sekolah. Anak ini berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya buruh tani di sawah tetangga. Sedang ibunya bertugas membantu bapak di sawah.
Penghasilan orang tuanya yang jauh dari kata cukup membuat impiannya pun tak pernah muluk muluk. Yang penting dia bisa bekerja biar dapat uang. Sehingga dia bisa tetap bersekolah dengan nyaman. Meski tanpa uang saku, yang penting bisa beli buku dan seragam.
Setiap hari Lukito bertugas menggembala 5 ekor kambing tetangganya. Dia menggembalakan kambing tersebut ke daerah Padang rumput di perbukitan sebelah timur. Sambil menggembalakan kambingnya, biasanya Lukito mengisi waktunya dengan membaca buku pelajaran.
Lukito selalu sendiri ke bukit itu. Meskipun jauh dari rumah, dia suka datang ke sana. Sebab di sana banyak persediaan rumput hijau untuk kambing kambing gembalanya. Jadi dia tak perlu lagi bersusah payah memotong kan rumput untuk makan kelima ekor kambing tersebut.
Biasanya Lukito baru pulang jika matahari sudah condong ke arah barat. Artinya sore telah tiba. Dia harus mandi dan menunaikan ibadahnya. Lukito tak pernah meninggalkan sholat dan ngajinya. Setiap habis magrib, dia bersama teman temannya akan belajar mengaji di mushola. Ada pak ustad yang selalu sabar mengajari mereka.
Suatu hari, ketika Lukito sedang menggembalakan kambingnya di hamparan rumput hijau. Dia dikejutkan suara ramah dari belakang punggungnya.
"Sedang apa kamu di sini sendirian?" Seorang bapak yang sudah tampak tua menyapanya.
"Saya sedang menggembalakan kambing itu." Lukito menunjuk kelima ekor kambing tak jauh dari tempat duduknya.
"Kenapa kamu lebih suka menggembalakan kambing di sini. Bukankah di sini sepi sekali."
"Di sini banyak rumput hijau dan tak ada yang mau menggembalakan ternak mereka ke sini. Jadi kambing saya tidak perlu berebut makanan. Dan saya bisa duduk dan belajar lebih nyaman."
"Kau tahu mengapa tak ada yang mau menggembalakan kambingnya ke sini?"