"Nggak. Ini bagian dari proses, Nak Endi."
"Jadi, tanah Bapak ini aman aman aja. Nggak tandus?"
"Alhamdulillah tidak. Bapak lagi melakukan pengolahan tanah. Kemarin habis Bapak traktor pakai rotary. Sekarang Bapak taburi kapur biar tanah tidak terlalu masam. Mungkin besok baru bapak buat bedengannya kembali." Petani itu menjelaskan sambil tersenyum ceria.
"Syukurlah. Aku pikir tak ada lagi tanaman yang bisa hidup di sini."
Petani ini hanya tertawa lepas mendengar penuturanku. Sedangkan aku tak habis habisnya bersyukur pada Tuhan. Betapa banyak ilmu yang bisa kita serap dari alam sekitar. Dari tanah, tumbuhan, petani, hewan, bahkan gejala gejala alam lainnya. Betapa banyak asa yang petani tabur. Di sini. Di tanah harapan.
Ini baru sekelumit kisah tentang tanah pertanian yang baru siap tanam. Aku tak begitu paham. Yang aku tahu hanyalah menikmati hasilnya saja. Sayur sayuran, buah buahan, padi, palawija dan biji bijian. Itu pun beli di pasar. Ternyata aku memang tak benar benar tahu tentang segala hal.
Benuo Taka, 15 Februari 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H