Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penyesalan Monyet yang Serakah

29 Desember 2019   19:26 Diperbarui: 29 Desember 2019   23:41 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyesalan Monyet Serakah

Di hutan tropis hiduplah monyet beserta kelompoknya. Ada monyet betina yang dipanggil ibu. Ada monyet jantan yang di panggil bapak. Dan ada pula anak anak monyet. Ada satu anak monyet yang gemar bertingkah dan suka mencari perhatian monyet monyet lainnya. Anak monyet yang paling kecil tetapi mucil itu bernama Momo.

Momo suka sekali bermain hingga ke ladang Pak Gino di pinggir hutan. Memang di ladang itu tersedia banyak makanan. Ada sayur dan buah buahan. Juga roti dan kacang di pondok pondokkan. Tetapi di sana juga terpasang banyak jebakan. Jebakan itu sengaja dibuat untuk menangkap monyet yang suka mengganggu dan mencuri tanaman.

"Mo, kalau mainan Jangan jauh jauh dari rumah. Kemarin kebunnya Pak Gino rusak karena sekawanan monyet masuk ke sana. Pak Gino gagal panen dan merugi. Dia sedang marah besar. Ibu nggak mau kamu tertangkap."

"Momo sudah biasa masuk kebun Pak Gino, Bu. Ibu tenang saja. Momo hapal dimana Pak Gino pasang perangkapnya. Jadi Momo bisa menghindar dan tak mungkin tertangkap."

"Nggak baik sombong seperti itu. Bisa saja kamu lengah dan terkena perangkapnya. Sepandai-sandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga."

"Itu kan cumai pribahasa, Bu. Lagi pula Momo bukan tupai. Momo kan monyet yang ahli melompat di atas pohon. Ibu percaya saja dengan kemampuan Momo." Momo langsung meloncat dari dahan yang satu ke dahan lainnya menjauhi ibunya.

"Hati hati, Mo!"

Teriakan ibunya menghilang diantara sepoi angin dalam hutan. Sedangkan Momo dengan tawa riang sudah bergabung dengan teman temannya yang siap berpetualang ke tepi hutan.

*****

"Kata ibuku di kebun Pak Gino banyak perangkapnya. Wah... Bahaya. Aku nggak mau masuk ke sana. Aku takut terjerat di perangkap itu. Nanti ibuku resah." Lilo berhenti di dahan terakhir pohon pinggir hutan.

"Ha... ha... ha.... Dasar pengecut. Gitu aja kok takut." Momo mentertawakan Lilo yang tak mau beranjak dari dahan pohon.

"Aku ikut. Tapi kamu jalan duluan, ya. Kan kamu tahu letak perangkapnya. Biar kita aman." Tomi mendorong Momo agar berjalan di depannya.

"Yang lainnya gimana? Mau ikut aku, nggak?"

"Nggak, kami di sini aja." Sekelompok monyet kecil menjawab bersamaan.

Momo dan Tomi pun berlari ke kebun Pak Gino. Misi mereka untuk mengambil jagung Pak Gino yang sebentar lagi di panen. Tidak perlu banyak, tetapi cukup untuk mengisi perut lapar saja.

"Tom, lihat! Di sini ada banyak kacang." Momo berteriak sambil menunjuk sebuah wadah yang terbuat dari tanah liat terikat di batang pohon tak jauh dari pondok Pak Gino.

"Mana?" Tomi berjalan mendekati Momo.

"Ini." Momo memasukkan tangannya ke kendi dengan riang.

Momo suka sekali dengan kacang tanah. Dibandingkan janggung, kacang tanah adalah makanan favoritnya. Jika di suruh memilih, Momo lebih memilih kacang tanah untuk diambil dan dibawanya pulang.

"Aku akan ambil kacang ini sebanyak banyaknya." Kepala Momo menengok ke kanan dan ke kiri melihat keadaan di sekitarnya.

Karena serakah, Momo meraup butiran kacang itu sebanyak banyaknya. Ia tak mau melepaskan sebutir kacang pun dari genggamannya. Hati kecilnya yang sombong sudah berniat untuk memamerkan hasil buruannya yang melimpah pada teman temannya.

Namun sayang karena keserakahannya, tangannya yang mengepal kacang tak bisa dikeluarkan dari mulut kendi. Hingga ia tak bisa beranjak dari pohon ketika Pak Gino datang. Momo berteriak minta tolong. Namun tak ada teman temannya yang berani menolongnya. Semua lari masuk ke hutan dan pulang.

Akhirnya Momo tertangkap dan dimasukkan ke dalam kandang di samping rumah Pak Gino. Kini di dalam kandang, Momo hanya bisa menangis karena menyesal telah mengindahkan nasehat ibunya, serakah dengan rezeki yang ada dan terlalu sombong dengan kemampuannya. Momo hanya bisa berharap teman temannya memberi tahu ibu dan bapaknya agar kedua orang tuanya bisa datang dan membantunya keluar dari kandang Pak Gino.


Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 29 Desember 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun