Saya minta penggosokan dilakukan searah agar tidak buat pusing dan lelah. Saya beri time limit untuk waktu penggosokan. Setelah itu saya minta mereka untuk melepaskan kedua balon dari tangan.
Saya memohon kepada mereka semua untuk tenang agar kedua balon tadi tidak terusik keberadaannya. Lalu meminta mereka untuk mengamati interaksi yang terjadi di antara keduanya.
Selang beberapa menit kemudian....
"Bu, balonnya dari tadi tak ada yang mau mendekat. Kalau balon merah mendekat pasti balon satunya menghindar." Itu salah satu bahasa siswa saya ketika saya tanya reaksi antara kedua balon tadi.
Ada pula siswa dari kelompok lain mengatakan bahwa balon tersebut selalu saling menjauh. Nggak mau nempel.
Setelah itu saya minta mereka membuat kesimpulan dari hasil diskusi kelompok tadi dan mencatat semua data pengamatan pada selembar kertas yang saya bagikan sebagai laporan kelompok.Â
Semua ini saya lakukan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan ide dan pendapatnya di hadapan teman-temannya. Diskusi juga mengajarkan toleransi. Sebab beda kepala pasti memiliki beda pemikiran tentang sesuatu hal. Dan kesimpulan merupakan bukti nyata adanya toleransi di antara mereka.
Biar lebih seru, saya sampaikan pada mereka bahwa kelompok yang terakhir mengumpulkan laporannya lah yang akan presentasi di depan teman temannya. Agar jam belajar nggak sampai keteteran, praktikum dan diskusi saya beri batasan waktu. Sehingga mereka semua bisa belajar untuk memanajemen waktu dengan baik.
Bahkan tanpa diminta pun, mereka sudah sadar bahwa kerja sama dan kekompakan setiap anggota kelompok lah yang mempermudah dan mempercepat kerja mereka.
Akhirnya sampailah pada waktu presentasi. Kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi mereka di depan teman-temannya merupakan cara untuk memupuk rasa berani dan percaya diri. Karena dalam presentasi selalu ada komunikasi dua arah, bertanya dan menjawab.Â