Utih, seekor hiu putih berenang mengelilingi perairan tenang. Dengan berlagak sombong dia mengepakkan ekornya yang panjang. Tubuhnya yang besar begitu mengambil banyak tempat di perairan. Wajahnya yang sangar dan giginya yang tajam berkilauan membuat ikan ikan perairan dalam pergi menghindar. Sehingga Utih kesulitan mendapatkan makanan.
Diantara bebatuan karang dan Anemon laut yang beraneka ragam, bersembunyilah dua ekor ikan kakap batu yang berwarna kehitaman. Dio dan demo, mereka sedang bersembunyi mencari perlindungan. Sebab Utih yang sombong sedang berkeliaran. Mereka tak sudi mati hanya untuk santapan ikan sombong yang tak punya teman.
"Dio, kita nggak bisa di sini terus. Aku mau pulang?"
"Kamu mau jadi santapan ikan sombong itu?"
"Nggak ah."
"Kalau begitu bersabarlah. Tunggu si Utih pergi menjauh. Baru kita pulang."
"Tapi kita kan bisa berenang cepat melawan arus perairan."
"Iya. Tapi mudah bagi Utih untuk mengejar kita dengan badannya yang panjang. Kamu mau badanmu digigit dengan taringnya yang tajam?"
"Nggak mau."
"Ya, sudah. Diam. Nanti kita ketahuan."
Rupanya keributan kecil kedua ikan kakap tadi terdengar samar samar oleh Utih. Dia pun datang mendekati sumber keributan. Perlahan moncongnya di sentukan ke beberapa barisan Anemon laut dan batu karang. Dio dan Deno semakin ketakutan. Hingga dalam jarak beberapa kali gerakan, Utih membuka rahangnya yang dihiasi gigi tajam. Berenang lah kedua ikan kakap tadi dengan ketakutan.
"Tolong...."
"Tolong...."
Teriakan kedua ikan itu justru membuat Utih semangat berenang dan mengejar mereka. Perairan tenang seketika menjadi kacau. Gemericik kepakan ekor ikan yang berenang ketakutan membuat suasana menjadi mencekam. Tiba tiba perairan tenang menjadi gelap sebab kemunculan bayangan hitam.
Sekarang bukan hanya Dio dan Deno saja yang ketakutan. Utih si hiu putih pun berenang tunggang langgang menjauhi bayangan hitam. Hingga akhirnya bayangan hitam pergi menjauh. Dio dan Deno pun keheranan. Mengapa Utih ketakutan. Akhirnya mereka ikutilah bayangan hitam tadi hingga ke permukaan perairan.
"Wow... Besar sekali makhluk itu. Badannya panjang dan warnanya antik, hanya hitam dan putih saja." Deno si kakap kecil berteriak riang.
"Oh... itu Orca si paus pembunuh."
"Ternyata Utih si hiu putih takut sama paus."
"Untung saja ada Orca. Kita jadi selamat dan bisa pulang." Dio berteriak kegirangan.
Lalu mereka pun berenang pulang ke rumahnya dengan dilepas turunnya sore hingga jingga senja yang semakin menenggelamkan terang. Dan diantara percikan air yang keluar dari semburan paus yang sedang mencari oksigen pernapasan.
Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 30 Nopember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H