Wati pun menurut. Dia akhirnya jalan menuju rumahnya yang sudah tampak dari pandanganku. Sedangkan aku membuntutinya. Dan Rudi yang sudah terlalu emosi berjalan dengan berat hati di belakangku dengan langkah terseok Seok karena tangannya kutarik paksa.
"Kalian berdua jangan emosi dulu. Aku juga curiga dengan kejadian ini. Gejala mereka seperti orang keracunan." Aku pun membuka komunikasi setelah kami bertiga duduk di bale bambu teras rumah Wati.
"Memangnya mereka habis makan apa, Wat?" Rudi pun mulai curiga.
"Kami nggak ada acara makan makan di desa." Wati mulai bisa mengikuti pola pikir kami.
"Atau..."
"Tolong.... Tolong.... Tolong...."
Suaraku terpotong oleh teriakan seseorang yang butuh pertolongan. Kami pun berdiri dan segera berlari menuju sumber suara.
Apa yang sedang terjadi? Pertanyaan itu pun memenuhi benakku. Kutakut ada peristiwa baru yang menjadikan aku dan Rudi sebagai tertuduh atas pelanggaran pantangan desa lagi. Sepertinya angin pagi itu mengabarkan berita luka kembali.
Salam kenal salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 1 Nopember 2019