"Ya?" Wati berhenti dan menunggu aku sampai di hadapannya dengan tatapan bertanya.
"Da apa?"
"Istri Pak RT sejak tadi muntah muntah terus. Dan banyak lagi warga kampung yang seperti itu." Wajah Wati tampak cemas.
"Ada yang nggak beres di sini. Kita harus selidiki ini." Rudi spontan berucap dengan wajah tegas.
"Wong ini gara gara kalian berdua melanggar pantangan, Â penghuni hutan minta tumbal tuh. Makanya jangan sok tahu kalau masuk kampung orang."Â
Wati bersungut kesal sambil berjalan meninggalkan aku dan Rudi.
"Eh... tunggu." Rudi menarik tangan Wati.
"Apaan sich!" Wati menepis cengkraman Rudi.
"Aku dan temanku nggak pernah melanggar pantangan di desa ini. Kamu jangan asal tuduh. Pasti ada hal lain yang membuat hewan ternak mati dan warga jadi seperti ini." Rudi semakin kesal.
"Apa coba?" Wati tak kalah ngototnya.
"Ehhh sudah. Sudah. Tak baik ngomong di jalanan seperti ini. Ayo duduk dulu. Biar kita bisa bicara dengan baik baik."