"Apa!?"
Alan kembali melafazkan kalimat qomat di telinga putrinya. Setelah selesai, tanpa menghampiri istrinya yang haus perhatian, Alan langsung keluar kamar perawatan. Luna sangat mengerti mengapa Alan seperti itu. Hal ini sudah biasa bagi dia. Karena ini adalah persalinan putri ketiga baginya. Jenis kelamin yang tak pernah suaminya harapkan.
Sejak kelahiran putri ketiganya itu, perhatian Alan semakin berkurang pada Luna. Pergi pagi pulang larut malam adalah hal yang biasa dia lakukan. Meskipun nafkah jasmani dan rohani masih terpenuhi, namun tak lengkap tanpa kemesraan yang dulu selalu dirasakannya.
Tak ingin kehilangan suami yang sangat dicintainya, Luna pun berkeinginan memiliki keturunan lagi. Dengan harapan akan mendapatkan anak lelaki dambaan suaminya. Tanpa membicarakan dengan suaminya, Luna melakukan program kehamilan sendiri.
"Cin, aku hamil lagi." Kalimat itu yang pernah disampaikannya padaku melalui telpon genggamnya.
"Bukannya kamu baru aja melahirkan. Kok nggak digedein dulu sich, Lun." Dengan terkejut kusampaikan rasa keberatanku. Mengingat putri ketiganya masih dalam masa menyusui.
"Ahhh... nggak apa apa. Aku harap anakku kali ini laki laki. Aku mau menunaikan tugasku sebagai istri. Mumpung masih sempat." Terdengar ucapan tulus itu dari speaker handphoneku. Tak ada yang bisa kukatakan lagi setelah itu. Aku berharap sahabatku bisa bahagia.
Menginjak usia putri ketiganya 1,5 tahun, Luna pun melahirkan anak ke empat melalui operasi Caesar sebab kondisi tubuh yang sudah tak kuat lagi dan bobot bayi yang terlampau besar. Semua berjalan lancar hingga seorang anak laki laki yang gagah terlahir. Betapa senangnya Alan mendapatkan anak laki laki dambaannya.
"Terimakasih cantik. Mama sudah memberi kado terindah buat Papa hari ini. Papa senang sekali. " Bisik Alan ditelinga Luna hari itu.
Luna pun tersenyum meski matanya belum terbuka juga. Aku bahagia melihat peristiwa itu dari pintu kaca ruang rawat inapnya. Namun semua kebahagiaan itu hanya sementara. Karena pendarahan hebat, akhirnya Luna menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan suami tercinta. Tanpa sempat menyusui putranya. Tanpa sempat berbagi kisah bahagia denganku.
Bagi sebagian orang, jenis kelamin pun juga merupakan pilihan. Padahal kita tahu bahwa semua ketentuan hanyalah ada pada Tuhan YME. Manusia hanya bisa berkeinginan. Kita tak pernah bisa memilih mau dilahirkan seperti apa, berjenis kelamin apa, kapan dan dimana.
Merencanakan bisa, namun keputusan hanya ada di tangan yang Maha Kuasa. Dan kini Luna telah menunaikan tugasnya sebagai istri sholeha. Dengan ketulusan dia ikhlas menyisihkan kebahagiaannya demi memberikan kado terindah bagi suami tercinta.