"Ehem... ehem...."
"Eh... a_aku Budi dan ini temanku, Rudi," ucapku sambil tersenyum malu.
Aku pun melepaskan tangan Wati. Gadis itu tertawa. Manis... sekali.
"Kamu batuk, Rud?" Tanyaku sambil melotot.
"Agak kering nich." Tangan Rudi memegang pangkal lehernya.
"Tunggu sebentar ya, Mas. Aku ambilkan minum dulu." Wati masuk ke rumahnya sambil tersenyum.
Tak berapa lama kemudian Wati datang sambil membawa nampan berisi dua gelas teh hangat plus ubi rebus yang masih mengepulkan asapnya. Aku pun langsung menyeruputnya tanpa menunggu dipersilahkan dulu.Â
Rasanya sejak kejadian tadi, tubuhku dingin. Mungkin karena takut dan kekurangan energi. Rudi hanya tersenyum melihat tingkahku yang agak tak tahu malu.
"Sebenarnya kalian berdua dari mana?" Wati membuka pertanyaan.
"Kami dari hutan. Kami mau lihat...."
"Petak tebangan." Rudi memotong kalimatku sambil menyenggol lenganku dengan sikunya. Tampaknya Rudi tak ingin Wati tahu apa yang kami lakukan di hutan itu.