Fix. Pasti karena peristiwa terakhir itu. Tak biasanya aku menolak ajakan ibu. Tapi karena tingkat stressku yang semakin tinggi sebab tugas dosen yang menderu, akhirnya aku menolaknya. Aku tahu bahwa surga berada di telapak kaki ibu.Â
Aku pun tahu kebahagiaan dan restunya bisa menjadi restu Tuhan pula untukku. Karena itulah, ada perasaan bersalah menemaniku setelah hari itu. Mungkin inilah yang menjadi pemicu mimpi burukku.
Secepatnyalah kuselesaikan semua tugas kuliah. Karena aku tak mau buang waktu. Jumat besok, aku akan pulang ke rumah ibu. Tak akan kutunda lagi, janjiku pada diri sendiri. Sudah cukup kurasakan ketidaknyamanan hidup beberapa hari ini.Â
Aku akan memohon ampun padanya atas penolakanku kemarin. Mencium pipinya karena memang kusudah merindukannya. Meminta restu darinya agar kuliahku tak terasa berat dan membebani keseharianku.
Hari ini kubangun dengan tubuh segar. Rasanya tidurku semalam nyenyak sekali. Mungkin karena aku begitu kelelahan atau karena ah... aku baru sadar kalau ternyata mimpi buruk itu sudah hilang menjauh dari waktu tidurku lagi. Terimakasih, ibu. Terimakasih, Tuhan. Sungguh suatu rezeki tak ternilai bagiku yang begitu merindukan tidur dalam kenyamanan.
Dan rasanya... aku pun ingin melanjutkan tidurku kembali seandainya waktu tak menunjukkan pukul tujuh pagi di hari Jumat Minggu ke empat dimana wajib kutunaikan janjiku tuk pulang kepelukan ibu.
Salam hangat salam literasi
Love and peace
EcyEcy; Benuo Taka, 24 Agustus 2019