Selain itu, ia juga dilatih dan terlatih untuk berpikir bagaimana memecahkan soal atau masalah  dengan mengikuti proses berpikir analitis, kritis, dan kreatif. Kemampuan berpikir  inilah yang sebenarnya menjadi nilai lebih seorang sarjana, tidak melulu pada pengetahuan yang dikuasainya.
Terkait inilah, maka mahasiswa harus berani menuangkan hasil pemikirannya sendiri ke lembar-lembar jawaban ujian. Hasil pemikirannya itu, bersumber dari perpaduan proses belajar dari buku, jurnal ilmiah, belajar di ruang kuliah, dan lainnya.
Ia harus juga berani menuangkan gagasannya dengan cara atau gayanya sendiri: dengan kata-kata atau kalimatnya sendiri. Apa jawaban yang terpikir olehnya, seperti itulah jawaban yang ditulis.
Dosen pengajar tidak selalu menuntut jawaban yang sempurna, melainkan jawaban yang orisinal dari hasil pemikiran mahasiswa yang dilandasi pada akumulasi pengetahuan yang dimilikinya. Dosen lebih menghargai usaha sendiri daripada hasil yang didapat dengan cara yang tidak baik.
Saat menjadi mahasiswalah seseorang mempunyai kesempatan luas untuk mengasah mental dan kemampuannya. Ia seyogianya berjuang mengatasi berbagai kesulitan, tidak memilih jalan yang serba gampang, apalagi jalan salah.
Mahasiswa mesti siap dan berani bersusah-payah untuk berhasil menjadi individu yang berkualitas. ia harus menjalani proses belajar secara optimal untuk hasil yang bagus. Bukan learning by nothing!
(I Ketut Suweca, 16 Oktober 2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H