Apa yang dimaksud dengan turnover?Â
Apa pula yang dimaksud dengan budaya organisasi atau budaya perusahaan (company culture)?Â
Lalu, apa kaitan antara keduanya? Itulah tiga pertanyaan yang akan dibahas dalam artikel sederhana ini.
Memahami Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah nilai-nilai fundamental yang menjadi pegangan seluruh karyawan di perusahaan. Tidak hanya oleh staf terbawah, bahkan seluruh jajaran, mulai dari direktur, manajer, supervisor, hingga staf. Nilai-nilai itulah yang menjadi tali pengikat untuk mewujudkan tujuan perusahaan secara bersama-sama.
Budaya perusahaan juga menjadi identitas yang membedakan satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. Bagi karyawan, budaya perusahaan menjadi semacam member identity.
Dengan identitas ini, para karyawan akan merasa ikut memiliki perusahaan, merasa bertangggung jawab terhadap perusahaan, dan sebagai kebanggaan menjadi bagian dari perusahaan.
Beberapa nilai budaya perusahaan yang banyak dikenal antara lain integritas, kerjasama, pelayanan prima, inovasi, kepercayaan, keberlanjutan (sustainability), dan kualitas.Â
Memahami Turnover Karyawan
Lalu, apa yang dimaksud dengan turnover? Secara sederhana, istilah ini dimaknai sebagai keluar-masuknya karyawan.
Ada karyawan baru yang masuk ke dalam perusahaan, ada juga yang keluar. Yang masuk maupun yang keluar perusahaan, masing-masing memiliki alasannya tersendiri.
Lalu, apa kaitan budaya perusahaan dengan turnover karyawan? Ternyata ada kaitan atau hubungannya. Mari kita lihat lebih jauh.
Hasil penelitian O'Reilly, Chatman, dan Caldwell (1991) menunjukkan adanya hubungan yang erat antara person-organization fit dengan tingkat kepuasan kerja, komitmen, dan turnover karyawan.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa nilai-nilai individu yang sesuai dengan budaya perusahaan cenderung mempunyai kepuasan kerja dan komitmen yang tinggi terhadap perusahaan serta memilikii kecenderungan yang tinggi pula untuk terus bekerja di perusahaan tersebut.
Person-organization fit (P-O Fit) adalah kesesuaian antara nilai-nilai individu dengan nilai-nilai yang dianut perusahaan. Jadi, semakin sesuai nilai yang dianut individu dengan nilai budaya  organisasi, maka invidu bersangkutan akan cenderung mendapatkan kepuasan dalam bekerja.
Ia juga memiliki komitmen yang tinggi kepada perusahaan yang dicirikan dengan loyalitas atau kesetiaan. Selain itu, individu dimaksud juga cenderung memilih tetap bekerja di perusahaan dimaksud.
Sosialisasi Budaya Organisasi
Untuk mencapai hal itu, tentu harus ada usaha dari kedua belah pihak, baik individu maupun pihak manajemen perusahaan. Kedua belah pihak mesti berusaha mendekatkan nilai individu dengan nilai perusahaan.
Karyawan baru sebagai individu mesti berusaha menyesuaikan dengan nilai-nilai fundamental yang dianut perusahaan. Ia harus menemukenali dan menyesuaikan diri dengan budaya perusahaan yang dimasukinya.
Kendatipun pada awalnya mungkin cukup sulit, namun upaya penyesuaian diri harus terus diusahakan. Bersamaan dengan bertambahnya waktu, pada umumnya nilai-nilai budaya perusahaan akan mampu diadopsi oleh karyawan baru.
Sementara itu, perusahaan harus terus berupaya untuk mensosialisasikan nilai-nilai perusahaan yang terangkum menjadi budaya organisasi, terlebih-lebih kepada karyawan baru.
Peran Pemimpin Perusahaan
Dalam konteks ini, unsur pimpinan mempunyai peran mensosialisaikan nilai-nilai dimaksud sampai karyawan baru benar-benar mamahaminya dengan baik dan menjadikannya sebagai pedoman dalam bekerja dan berperilaku pada umumnya.
Pemimpin perusahaan harus secara terus-menerus memberikan pemahaman tentang budaya perusahaan kepada karyawan baru, juga mendorong karyawan untuk menerapkan nilai-nilai dimaksud dalam kehidupan berorganisasi.
Yang tidak kalah penting, unsur pimpinan atau para manajer hendaknya mampu menjadi tauladan dalam penerapan budaya organisasi. Dengan menjadi contoh yang baik, maka dapat diharapkan para karyawan akan mengikutinya.
Jangan sampai terjadi, apa yang dikatakan pimpinan bertolakbelakang dengan apa yang dilakukannya. Karyawan akan cenderung mengikuti apa yang dilakukan pimpinannya, bukan apa yang diucapkannya. Tindakan lebih "nyaring bunyi"-nya daripada kata-kata, bukan?
Selain itu, yang perlu juga dilakukan pihak pimpinan adalah memberikan penjelasan betapa pentingnya budaya organisasi bagi penguatan dan kemajuan perusahaan serta bagi tercapainya kesejahteraan bersama.
Pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan budaya perusahaan (company culture) akan dapat meningkatkan komitmen dan kepuasan kerja karyawan. Selain itu, tingkat turnover pun bisa diminimalkan.
(I Ketut Suweca, 3 Oktober 2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H