Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa Baru, Selamat Datang di Kampus Harapan!

3 September 2024   21:36 Diperbarui: 4 September 2024   03:09 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: selamat datang mahaiswa baru di kampus harapan (Sumber gambar: kompas.com/edu).

Teringat dulu ketika saya mengurus anak gadis saya yang diterima kuliah S1 di Universitas Indonesia. Tidak hanya dia yang repot, orangtuanya juga bahkan lebih repot lagi. Setelah dinyatakan diterima, mengurus administrasi pendaftaran kembali menjadi hal yang mendesak dan harus segera dipenuhi. Berlanjut kemudian dengan pengenalan kehidupan kampus selama beberapa hari sebelum dimulainya proses belajar-mengajar yang sesungguhnya.

Empat Hal yang Penting

Kini seluruh kampus di negeri ini telah menerima mahasiswa baru lagi. Begitu terjadi setiap tahun. Para calon mahasiswa yang sudah berhasil diterima tentu merasa sangat senang. Mereka kemudian bergegas untuk mendaftar kembali, baik yang terkait dengan administrasi maupun pembayaran UKT-nya, lalu menjalani pengenalan kampus sebelum mulai belajar di kelas.

Nah, setelah diterima sebagai mahasiswa baru, ada beberapa hal yang kiranya perlu dipahami dan dilakukan oleh mahasiswa. Dengan bekal pemahaman ini akan kian bulatlah tekad, kemauan dan kemampuan mahasiswa dalam menempuh studi sampai tamat. Apa saja? Mari kita bahas.

Pertama, kuliah berbeda dengan sekolah.

Ketika di sekolah menengah atas, siswa lebih banyak diberikan materi pelajaran sesuai dengan kurikulum. Para siswa lebih banyak sifatnya menyerap (reseptif)  ilu pengetahuan untuk mengisi diri  baik  untuk bekal saat kuliah nantinya maupun ketika ingin langsung bekerja.

Di perguruan tinggi, mahasiswa tidak lagi boleh hanya bersikap menerima begitu saja. Mereka mesti lebih banyak berinisiatif mencari dan menemukan sumber-sumber informasi dan pengetahuan yang diperlukan. Dosen lebih banyak bertindak sebagai fasilitator. Jadi, inisiatif dan kreatifitas mahasiswa sangat didiperlukan untuk keberhasilan studinya.

Dalam hal pengerjaan tugas, misalnya, mahasiwa  harus mencari referensi sendiri, melakukan wawancara, observasi, dan seterusnya yang pada intinya lebih banyak mengandalkan inisiatif dan kreativitas secara mandiri.

Perkuliahan di kelas tetap dilakukan, tetapi selebihnya mahasiswa harus terus menggali dan menemukan materi perkuliahan secara lebih mendalam. Mereka tak bisa hanya mengandalkan apa yang disampaikan oleh para dosen. Karena apa yang disampaikan di kelas, hanya sebagian kecil saja dari kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dijelajahi. Kalau mau meningkatkan pengetahuan, maka tak ada jalan lain selain terus belajar dan mengusahakannya secara mandiri.

Kedua, menyangkut tujuan kuliah.

Sebelum memutuskan untuk kuliah, calon mahasiswa mesti bertanya kepada diri sendiri: untuk apa sih saya kuliah? Apakah ingin menambah ilmu dan keterampilan? Apakah semata-mata ingin mendapatkan gelar dan ijazah? Ini harus dipastikan dulu agar orientasi kuliah menjadi benar.

Kuliah janganlah hendaknya semata-mata demi memeroleh gelar, demi mendapatkan ijazah! Kalau hal ini menjadi satu-satunya orientasi mahasiswa, maka mahasiswa seperti ini akan kuliah sekadarnya saja, belajar sekadarnya saja asal bisa lulus.  Alhasil, dia lulus sekadar lulus saja. Ketika di dunia kerja yang bersangkutan dihadapkan pada persaingan dengan fresh graduate lain saat melamar kerja, akhirnya ia tak pernah menang.

Alih-alih sekadar mengejar ijazah atau gelar -- menurut penulis, yang paling utama kerjarlah ilmu pengetahuan sesuai dengan bidang yang dipilih. Ya, menimba ilmu sedalam-dalamnya. Ini akan menjadi bekal yang sangat berharga tatkala yang bersangkutan menyelesaikan studinya.  Bekal untuk menghadapi dan memenangkan persaingan baik dalam dunia kerja maupun saat memasuki pendidikan lanjutan ke strata dua misalnya.

Jadi, galilah ilmu sedalam-dalamnya. Ijazah atau gelar bukan tidak penting, tapi ia hanyalah tambahan yang melengkapi. Kualitas seseorang diukur dari sebera[a dalam ilmu pengetahuan atau keahlian yang dimilikinya, bukan dari gelar-gelar yang ada di depan atau di belakang namanya.

Ketiga, pentingnya berorganisasi.

Pada saat berstatus sebagai mahasiswa, kuliah menjadi hal yang wajib. Selain itu, jangan lupa memanfaatkan waktu yang ada untuk terlibat dalam organisasi kemahasiswaan di kampus, misalnya di Senat, BEM, HMJ, kelompok peminatan, dan lainnya.

Keterlibatan dalam organisasi seperti ini akan lebih mematangkan mentalitas para mahasiswa. Mereka akan bisa mengasah soft skill-nya. Misalnya, bagaimana berinteraksi  dengan orang lain, mempraktikkan etika dalam pergaulan,  mengasah kemampuan berbicara dan kemampuan menjadi pendengar yang baik. Selain itu, mengasah kemampuan dalam menyusun rencana, mengajukan proposal, mengelola dana, memimpin dan dipimpin.

Dengan terlibat dalam organisasi ini, mahasiswa juga akan melatih diri  mengatur waktu: kapan saatnya belajar materi kuliah, kapan pula saatnya mengurus organisasi, dan kapan pula waktunya untuk me time atau waktu untuk diri sendiri. Di sinilah kesempatan mahasiswa menata diri sehingga ketika sudah selesai studi, yang bersangkutan  sudah mampu mengelola waktu dengan baik.

Keterlibatan dalam organisasi kampus akan mendewasan mahasiswa, sekaligus mengurangi risiko membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak berguna bagi masa depan. Pergaulan yang salah hanya akan membawa mahasiswa terpuruk pada hal-hal yang negatif dan terancam gagal dalam menyelesaikan studi.

Keempat, pandai mengatur uang.

Hampir seluruh mahasiwa mengandalkan uang dari orang tua jika tidak dari beasiswa. Uang yang diberikan oleh orangtua dari rumah mesti dikelola sedemikian rupa agar bisa mencukupi kebutuhan. Demikian juga dengan dana beasiswa yang diterima diusahakan agar dikelola dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif.

Mahasiswa memang harus berhati-hati dalam mengeluarkan uang, karena uang terbatas adanya. Terlebih lebih berasal dari keluarga yang tidak mampu dan menjadi anak rantauan. Jika tidak pandai mengelola uang dan cenderung boros, kemungkinan besar bekal yang ada akan habis sebelum akhir bulan.

Terkait dengan pengelolaan uang ini,ada banyak mahasiswa yang mendapatkan bekal yang sangat terbatas dari orangtua mereka. Kemampuan finansial orangtua mereka memang terbatas adanya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengelola uang bekal secara efisien, memperhitungkan segala pengeluaran sehingga bisa cukup hingga akhir bulan.

Untuk menyiasati hal ini, ada banyak mahasiswa yang bekerja sampingan untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Ada yang menjadi asisten dosen, membantu penelitian dosen, ada yang memberilan bimbingan belajar untuk siswa, ada juga yang memilih berbisnis online. Apapun kegiatan yang dilakukan tiada lain dimaksudkan untuk menambah bekal demi keberlanjutan dan keberhasilan dalam studi.

Itulah empat hal yang perlu diperhatikan oleh semua mahasiswa tatkala menjalani pendidikan. Kuliah di perguruan tinggi tidak sekadar mengikuti proses belajar di ruang kelas, bahkan lebih dari itu. Ini merupakan kesempatan untuk mengasah kemampuan bergaul, mengasah kemampuan berkomunikasi, mengasah kemampuan mengatur keuangan dan menata diri agar semua  berorientasi pada hasil akhir yakni menjadi sarjana yang membanggakan.

(I Ketut Suweca, 3 September 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun