Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis dalam Keadaan Meditatif, Apa dan Bagaimana?

23 Agustus 2024   05:43 Diperbarui: 23 Agustus 2024   10:33 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis dalam keadaan meditatif (Sumber: dok. pribadi). 

Mengandalkan kemampuan berpikir adalah dasar bagi terwujudnya sebuah karya tulis. Yang kita gunakan selama ini mungkin kebanyakan adalah pikiran sadar (conscious mind). Tidak mungkin menulis tanpa menggunakan pikiran, bukan?

Nah, adakah potensi atau kekuatan lain yang bisa kita gunakan dalam menulis? Apakah selalu dengan menggunakan pikiran sadar kita?

Dan -- sesuai dengan judul tulisan ini, mungkinkah kita menulis dalam keadaan meditatif? Mari kita bahas lebih jauh.

Menggunakan Pikiran Sadar

Pada umumnya yang terjadi adalah -- ketika menulis, kita banyak sekali mengandalkan gagasan atau ide-ide yang kita peroleh dari berbagai sumber, seperti buku, media cetak dan online, media sosial, dan website.

Ide-ide itu kemudian kita rangkai dan padukan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu karangan yang utuh.

Hampir semuanya tersusun dari penggabungan sejumlah gagasan yang direkatsatukan menjadi sebuah tulisan dan menyuguhkannya melalui media pilihan kita.

Ketika melakukan proses itu, terkadang kita merasa bahwa tak banyak hal baru yang bisa kita sajikan ke ruang pembaca. Padahal, kita ingin memberikan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.

Lalu, pertanyaan adalah, adakah cara untuk mengakses gagasan-gagasan baru itu yang selama ini mungkin sudah ada namun tak pernah terpikirkan atau tersentuh?

Kita ingin menulis lebih bernas tentang menyajikan beberapa hal anyar, tapi mentok dengan persoalan bagaimana caranya?

Menulis dalam Keadaan Meditatif

Pembaca tentu sudah memahami apa yang dimaksudkan dengan meditasi. Membuat pikiran dan fokus pada satu titik, itulah meditasi. Membiarkan semesta hadir dan melakukan segalanya, itulah meditasi.

Duduk tenang dengan mata terpejam dan punggung tegak seraya membiarkan nafas keluar-masuk secara ritmis, itulah meditasi. Membiarkan pikiran, perasaan, dan jiwa menyatu untuk mencapai spiritual yang lebih tinggi, juga dikatakan sebagai meditasi.

Istilah meditasi meski demikian populer, namun setiap orang memahaminya secara berbeda. Tak ada yang salah dalam hal ini. Setiap orang berhak untuk mendefinisikan sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya sendiri.

Bagaimana dengan menulis secara meditatif? Menulis secara meditatif dimaksudkan, ketika penulis masuk dalam suasana meditasi saat menulis. Aktivitas menulis dilakukan dalam keadaan bermeditasi. Seperti apa dan apa dampaknya terhadap karya tulis yang dihasilkan?

Pernahkah pembaca yang sekaligus penulis merasakan kucuran gagasan mengalir begitu saja? Ide-ide mengalir sedemikian rupa, dan Anda dengan lancar menuliskannya tanpa hambatan apapun?

Pernahkah pada saat menulis, Anda demikian suntuknya sehingga tak sadar akan waktu? Pernahkah pembaca ketika setelah selesai menulis, tiba-tiba tertegun dan bertanya kepada diri sendiri: dari mana ide-ide itu saya dapatkan? Ide-ide yang muncul begitu saja yang awalnya tidak terpikirkan!

Kondisi itulah yang penulis maksud dengan menulis meditatif. Keadaan meditatif ini, jika dilihat dari pendekatan ilmu pengetahuan, otak kita berada di gelombang alpha dengan frekuensi 8-12 Hz.

Gelombang alpha adalah gelombang di mana pikiran sadar kita demikian tenangnya, otak sadar kita tak lagi ngoyo bekerja, tidak lagi mendominasi.

Sebaliknya, pikiran bawah sadar (subconscious mind) kita yang bekerja menggantikannya. Pikiran atau alam bawah sadar kita mengambil alih pikiran sadar kita.

Ingatlah, di dalam pikiran bawah sadar terdapat demikian banyak cacatan pengalaman panjang dan informasi yang muncul ketika kita mengaksesnya, ketika kita memberi jalan baginya untuk muncul ke permukaan.

Hasilnya, gagasan-gagasan yang tadinya tak terpikirkan, kemudian muncul dan mengalir berkelimpahan. Itulah proses menulis meditatif.

Hanya Tukang Ketik

Sampai di sini, penulis teringat kembali dengan apa yang dikatakan sahabat senior, novelis, sekaligus mentor menulis saya, Sunaryono Basuki Ks (alm). Suatu saat dalam obrolan ringan, beliau mengatakan bahwa menulis adalah proses menuangkan apa yang dikehendaki semesta.

"Saya tidak lebih dari seorang tukang ketik," ujarnya kepada penulis. Rupanya beliau sudah masuk ke dalam alam bawah sadar ketika menulis dan membiarkan kemampuan bawah sadar itu bekerja. Beliau hanya bertugas menjadi media perantara untuk menuliskannya.

Kekayaan dalam alam bawah sadar itu diyakini memiliki kapasitas yang sangat besar. Ada setumpuk besar cacatan pengalaman dan informasi di sana.

Selain itu, pikiran alam bawah sadar terhubung dengan semesta. Oleh karena itulah, orang menjadi terkaget-kaget, apa yang sama sekali tak terpikirkan (dengan pikiran sadar) pada awalnya, tiba-tiba saja muncul dan tercipta dalam bentuk tulisan.

Karya penulis-penulis yang mengalami hal ini akan menjadi legacy yang memperkaya khasanah pengetahuan. Tak hanya di dunia penulisan, di berbagai karya seni. Kekuatan alam bawah sadar ikut bekerja dengan demikian masif.

Mereka yang mencapai pada titik ini pada umumnya melalui proses pelatihan dan pembiasaan diri. Mereka sudah terlatih dan terbiasa masuk ke dalam suasana meditatif. Maka, ketika menulis, mereka tidak lagi mengalami kesulitan dalam menulis secara meditatif dan menghasilkan karya yang cemerlang.

Ada juga orang yang mendapatkan "keberuntungan" karena diijinkan masuk ke dalam suasana meditatif itu, hal yang tak pernah dialami sebelumnya.

Alhasil, tak seperti biasanya, karya yang dihasilkan mampu menghadirkan sebuah gagasan bernas sehingga menarik minat pembaca.

Apakah pembaca yang juga penulis di kompasiana, pernah punya pengalaman seperti itu?

Sebatas pengetahuan penulis, tak ada cara yang tepat dan pasti yang bisa dianjurkan untuk menulis secara meditatif ini: bagaimana masuk ke dalam keadaan itu dan menulis dengan mengandalkan alam bawah sadar.

Tetapi, latihan meditasi -- atau apapun namanya, adalah sebuah jalan yang bisa ditawarkan. Dengan membiasakan diri bermeditasi, maka menulis pun bisa dilakukan dalam keadaan meditatif.

Yuk lakukan saja, dan nikmati prosesnya.

(I Ketut Suweca, 22 Agustus 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun