Kalau ada perusahaan yang bukannya mempekerjakan anak-anak muda, tetapi justru memilih pekerja lanjut usia (lansia), mungkin akan terasa aneh. Tapi, kalau demikian pada kenyataannya, pasti ada pertimbangan mengapa suatu perusahaan merekrut lansia untuk dipekerjakan.
Pada pandangan penulis, memilih pekerja lansia -- sebutan untuk orang yang berusia 60 tahun ke atas, Â tentu ada untung dan ruginya, ada positif dan negatifnya. Maka, rencana mempekerjakan lansia mesti benar-benar dipertimbangkan di kedua sisi itu.
Dalam artikel sederhana ini, penulis akan memaparkan apa saja nilai positif yang diperoleh apabila mempekerjakan tenaga lansia. Sebaliknya, akan dibahas juga apa kemungkinan kekurangan atau kerugian yang bisa dialami.
Keuntungan Mempekerjakan Lansia
Terdapat sejumlah keuntungan yang bisa dipetik dengan mempekerjakan lansia. Berikut rinciannya:
Pertama, memiliki pengetahuan dan pengalaman yang kaya
Pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan pekerja lansia diperoleh pada saat mereka masih aktif bekerja, baik di institusi pemerintahan maupun di perusahaan swasta.
Dengan pengalaman yang didapat, ia bisa berkontribusi dalam bentuk memberikan pertimbangan berdasarkan pengalamannya itu demi kemajuan perusahaan tempatnya bekerja saat ini.
Selain itu, pekerja lansia pada umumnya memiliki keahlian atau keterampilan tertentu yang bisa dimanfaatkan di tempatnya bekerja sekarang. Kalau dia terampil di bidang tertentu, maka di bidang itulah seyogianya yang bersangkutan ditempatkan.
Di samping memiliki keterampilan dan pengalaman, pekerja usia lanjut pada umumnya memiliki kebijaksanaan (kearifan) yang disaripatikan dari perjalanan panjangnya dalam pekerjaan sebelumnya. Kebijaksanaan ini pun bisa dimanfaatkan dan akan sangat berguna bagi pemilik perusahaan sebelum mengambil keputusan.
Kedua, memiliki kesetiaan kepada perusahaan
Di samping memiliki ketekunan bekerja, pekerja lansia juga akan menjalani pekerjaannya dengan penuh kesungguhan dan berkomitmen untuk berkontribusi bagi kemajuan perusahaan.
Pekerja lansia pun ingin menjadi bagian yang berperan aktif dalam membawa perusahaan ke arah yang lebih baik. Asal diperlakukan dengan baik, maka kesetiaan pekerja lansia tidak perlu diragukan.
Ketiga, tidak menuntut kompensasi yang berlebihan
Para lansia yang bekerja kemungkinan sudah memiliki tabungan yang cukup, juga sudah memiliki uang pensiunan yang diterimanya setiap bulan.
Jadi, persoalan kompensasi, seperti gaji, tunjangan, bonus, dan lainnya, tidaklah menjadi pertimbangan utama.
Bagi kebanyakan lansia, bekerja adalah cara untuk mengisi waktu alih-alih berdiam di rumah tanpa mengerjakan apa pun. Dengan bekerja, para lansia akan terlecut semangat hidupnya, tetap produktif, dan harga dirinya pun tetap terjaga.
Pekerja lansia ingin menunjukkan kepada orang lain -- bahkan mungkin kepada dunia, bahwa kendatipun sudah berumur, mereka masih bisa produktif dan bisa bekerja dengan baik. Inilah nilai positif pekerja lansia.
Kerugiannya Apa Saja?
Selain keuntungan atau hal positif yang diperoleh, ada juga kerugian atau kekurangan mempekerjakan lansia. Apa sajakah itu?
Pertama, memiliki kondisi fisik yang cenderung menurun
Kecenderungan penurunan kondisi ini terjadi bersamaan dengan bertambahnya usia. Memang ada orang yang usianya 60, 65, bahkan 70 tahun, masih sehat, segar dan bugar. Ada juga yang baru memasuki usia 55 tahun sudah digerogoti penyakit sehingga tampak sudah sangat uzur.
Persoalan usia lansia ini, mau tak mau, harus diperhatikan. Upayakan memberikan pekerjaan yang tidak mengandalkan kekuatan fisik kepada mereka. Kalau kekuatan pikiran, mungkin ya. Tapi, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik tidaklah tepat kendatipun si pekerja keadaannya masih sehat dan bugar.
Akibat dari pertambahan usia ini, tetap saja ada kecenderungan para lansia terkena penyakit atau kemampuan dan daya tahan fisik yang terus menurun. Maka, bukan tidak mungkin akan ada yang akan mengambil cuti atau tidak masuk kerja lebih sering karena sakit dan butuh istirahat.
Kedua, sulit menyesuaikan diri dengan perubahan
Sistem kerja baru yang serba cepat, pemanfaatan teknologi terkini, menjadi problem bagi lansia dalam menyesuaikan diri.
Oleh karena itu, seyogianya mereka tidak dipekerjakan di bidang teknologi karena akan berat baginya dalam menyesuaikan diri. Dan, sulit bagi pekerja lansia untuk bisa segera terampil menggunakan teknologi sebagaimana rekan kerjanya yang berusia jauh lebih muda.
Ketiga, perbedaan latar belakang bisa menjadi potensi konflik
Latar belakang yang sama sekali berbeda bisa menjadi sumber konflik. Para pekerja lansia tidak bisa memahami cara berpikir rekan kerja mereka yang berusia muda, sementara yang berusia muda tidak mau tahu terhadap cara berpikir pekerja lansia.
Ketika kedua kelompok ini berdiskusi, potensi perbedaannya akan muncul yang -- apabila tidak dikelola dengan baik, akan menjadi sumber konflik.
Itulah untung-rugi atau positif-negatif mempekerjakan lansia. Dalam banyak hal, pekerja lansia masih andal untuk unjuk kerja. Tapi, di sisi lain, mereka harus menyadari bahwa usia yang sudah lanjut tak akan mampu menyaingi yang muda-muda.
Ada ungkapan yang menyebutkan bahwa "usia hanya sebatas angka-angka yang tak berarti apa-apa." Benarkah?
(I Ketut Suweca, 30 April 2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H