Para lansia yang bekerja kemungkinan sudah memiliki tabungan yang cukup, juga sudah memiliki uang pensiunan yang diterimanya setiap bulan.
Jadi, persoalan kompensasi, seperti gaji, tunjangan, bonus, dan lainnya, tidaklah menjadi pertimbangan utama.
Bagi kebanyakan lansia, bekerja adalah cara untuk mengisi waktu alih-alih berdiam di rumah tanpa mengerjakan apa pun. Dengan bekerja, para lansia akan terlecut semangat hidupnya, tetap produktif, dan harga dirinya pun tetap terjaga.
Pekerja lansia ingin menunjukkan kepada orang lain -- bahkan mungkin kepada dunia, bahwa kendatipun sudah berumur, mereka masih bisa produktif dan bisa bekerja dengan baik. Inilah nilai positif pekerja lansia.
Kerugiannya Apa Saja?
Selain keuntungan atau hal positif yang diperoleh, ada juga kerugian atau kekurangan mempekerjakan lansia. Apa sajakah itu?
Pertama, memiliki kondisi fisik yang cenderung menurun
Kecenderungan penurunan kondisi ini terjadi bersamaan dengan bertambahnya usia. Memang ada orang yang usianya 60, 65, bahkan 70 tahun, masih sehat, segar dan bugar. Ada juga yang baru memasuki usia 55 tahun sudah digerogoti penyakit sehingga tampak sudah sangat uzur.
Persoalan usia lansia ini, mau tak mau, harus diperhatikan. Upayakan memberikan pekerjaan yang tidak mengandalkan kekuatan fisik kepada mereka. Kalau kekuatan pikiran, mungkin ya. Tapi, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik tidaklah tepat kendatipun si pekerja keadaannya masih sehat dan bugar.
Akibat dari pertambahan usia ini, tetap saja ada kecenderungan para lansia terkena penyakit atau kemampuan dan daya tahan fisik yang terus menurun. Maka, bukan tidak mungkin akan ada yang akan mengambil cuti atau tidak masuk kerja lebih sering karena sakit dan butuh istirahat.
Kedua, sulit menyesuaikan diri dengan perubahan
Sistem kerja baru yang serba cepat, pemanfaatan teknologi terkini, menjadi problem bagi lansia dalam menyesuaikan diri.
Oleh karena itu, seyogianya mereka tidak dipekerjakan di bidang teknologi karena akan berat baginya dalam menyesuaikan diri. Dan, sulit bagi pekerja lansia untuk bisa segera terampil menggunakan teknologi sebagaimana rekan kerjanya yang berusia jauh lebih muda.
Ketiga, perbedaan latar belakang bisa menjadi potensi konflik
Latar belakang yang sama sekali berbeda bisa menjadi sumber konflik. Para pekerja lansia tidak bisa memahami cara berpikir rekan kerja mereka yang berusia muda, sementara yang berusia muda tidak mau tahu terhadap cara berpikir pekerja lansia.