Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tujuh Kesalahan dalam Public Speaking, Bagaimana Cara Mengatasinya?

30 Mei 2023   10:30 Diperbarui: 6 Juni 2023   09:15 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, di lokasi sudah disiapkan LCD projector dan layar (screen), tentu pembicara seyogianya menyiapkan power point (ppt) misalnya. 

Jika di lokasi tidak disiapkan pengeras suara sedangkan ruangannya cukup luas, tentu kita perlu bersiap-siap bersuara yang lebih keras atau sedikit mendekatkan tempat duduk dengan audiens. Atau, melangkah mendekati audiens seraya berbicara.

Keempat, tidak melihat audiens. Nah, ini adalah tipe kesalahan yang acapkali terjadi: tidak (berani) menatap mata audiens.

Idealnya, seorang pembicara harus menatap tepat ke mata audiens. Dengan menatap mereka, audiens akan merasa dirinya dilibatkan dalam pembicaraan. Mereka akan lebih antusias mendengar apa yang dikatakan pembicara.

Menatap mata dalam konteks ini, tentu saja tidak fokus melihat satu atau dua orang audiens saja, melainkan merata, secara keseluruhan.

Lemparkanlah pandangan ke beberapa audiens dan kemudian sapukan pandangan ke semua audiens. Dengan demikian, mereka semua merasa sedang dilibatkan dalam pembicaraan.

Kelima, tidak bersemangat. Terkadang ada pembicara yang tidak bersemangat dalam menyampaikan pesan-pesannya. Mereka hanya sekadar menyampaikan, hampir tidak ada energi dari dalam dirinya, tidak ada power yang bisa ditularkan kepada audiens.

Pembicara yang tidak bersemangat akan berdampak terhadap antusiasme audiens. Pendengar pun ikut-ikutan tidak bersemangat dalam mendengarkan ucapan pembicara.

Bahkan, mereka menjadi malas dan bosan mendengarkan pidato. Lalu, ada yang mengantuk, mungkin ada juga yang sampai tertidur.

Mengatasi hal ini, maka pembicara yang baik akan pertama-tama menyemangati dirinya sendiri sebelum dan pada saat berbicara. Semangatnya merasuki kata-katanya, ucapannya. Dan, semangat ini menggairahkan  audiens untuk mendengarkan dengan antusias.

Ingatlah bahwa semangat itu menular! Jika pembicara bersemangat, maka audiens kemungkinan besar akan ikut bersemangat. Sebaliknya, apabila seorang public speaker berbicara tanpa tenaga, tanpa power, tanpa gairah, maka audiens akan segera merasa bosan dan meninggalkannya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun