Kelima, memilih satu alternatif sebagai keputusan. Di antara sekian alternatif yang dipertimbangkan, tentu hanya satu yang akan dijadikan keputusan. Alternatif yang diambil sebagai keputusan ini adalah pilihan terbaik dari semua pilihan yang ada.
Yang dipertimbangkan adalah aspek kelebihn, keuntungan, dan risiko yang akan diakibatkan jika keputusan itu diambil. Kalau menyangkut nasib karyawan, misalnya, Â apakah pilihan tersebut sudah memenuhin rasa keadilan?Â
Keenam, melaksanakan keputusan. Setelah keputusan diambil, kini saatnya keputusan itu disampaikan kepada para pihak yang terkait agar mereka mengetahuinya.
Keputusan yang baik saja belumlah cukup. Keputusan baru disebut efektif apabila dieksekusi atau dilaksanakan.
Eksekusinya mesti sesuai dengan keputusan yang sudah diambil. Jangan ada penyimpangan. Kalau ini menyangkut organisasi, maka semua pihak yang terkait dengan keputusan tersebut mesti mematuhinya.
Ketujuh, mengevaluasi keputusan. Keputusan yang sempurna atau yang ideal sangat sulit dibuat. Mungkin karena data dan informasi terbatas adanya. Bisa juga karena keterbatasan kemampuan berpikir. Dan, barangkali juga lantaran waktu yang terbatas.
Jadi, setiap keputusan selalu berpeluang memiliki kekurangan atau kelemahan kendati sudah disusun dengan mengerahkan segenap kemampuan.
Demikian juga pada saat pelaksanaan keputusan tersebut, mungkin saja terjadi penyimpangan dan kesulitan.
Oleh karena itu, eveluasi terhadap keputusan dan hasil eksekusinya merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya. Dengan melalukan evaluasi, maka akan dapat diketahui tingkat efektivitas keputusan tersebut. Jika terdapat kekurangan di dalamnya, maka bisa dilakukan perbaikan.
Demikianlah, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu mengambil keputusan, juga dalam kehidupan berorganisasi.
Untuk mendapatkan hasil terbaik, maka pengambilan keputusan yang efektif harus selalu diusahakan. Kendati tidak mudah, jangan pernah takut mengambil keputusan!