Terkait ini, saya punya teman yang suka mengeluh. Yang paling sering dikeluhkan tentang makanan yang dibelinya.
Ketika menikmati makanan, ia piawai melihat kekurangan pada makanan itu, kurang inilah kurang itulah. Selalu ada cacat-cela pada makanan yang disantapnya.
Ya bumbunyalah, ya potongan sayurnyalah, ya sambalnya, dan masih banyak lagi. Yang paling sering dia keluhkan adalah soal rasa makanan. Menariknya, ia tidak pernah sekalipun mengeluhkan masakan yang dibuatnya sendiri.
Kedua, lebih banyak beryukur.
Alih-alih selalu mengeluh, mengapa tidak memperbanyak bersyukur? Dengan banyak bersyukur, kita akan mampu melihat segala sesuatunya dari sisi positifnya. Kita jadi menyadari bahwa ada banyak karunia Tuhan yang sudah dilimpahkan kepada kita.
Kita pun menjadi lebih mudah menerima keadaan, tanpa perlu mengeluh. Orang yang pandai bersyukur akan mampu melihat hal-hal positif dan baik dari segala sesuatu.
Orang seperti ini akan dengan mudah menyadari bahwa tiada yang sempurna di dunia ini. Hanya Tuhan yang sempurna. Ia juga pandai mensyukuri hidup yang dijalaninya.
Dengan selalu bersyukur bukan berarti dia bersikap pasrah. Ia tetap berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupan seraya tak pernah lupa memanjatkan doa. Disadari bahwa kewajibannya adalah berusaha sebaik-baiknya, sedangkan hasil akhir diserahkan kepada Tuhan.
Ketiga, memahami batas kendali.
Ada hal-hal yang bisa kita kendalikan, ada juga yang tidak. Jika kita seorang mahasiswa, misalnya, kewajiban kita akan berusaha belajar dengan baik demi hasil ujian yang baik. Kalau ingin mendapatkan nilai bagus, kewajiban sebagai mahasiswa adalah belajar dengan sebaik-baiknya.
Akan tetapi harus diingat bahwa nilai ujian itu tidak hanya ditentukan oleh seberapa besar usaha kita dalam belajar, kendati ini menjadi faktor yang berpengaruh signifikan.