Pertama, identifikasi masalah.
Apa masalah yang sedang dihadapi, perlu diidentifikasi. Pastikan masalah itu adalah masalah sebenarnya, bukan gejala-gejalanya saja. Temukan inti masalahnya.
Orang tak cukup hanya mengganti plafon ketika air hujan menetes masuk ke dalam rumah. Ia mesti mengganti genteng yang pecah di atap rumah terlebih dahulu.
Jangan sampai lantaran kesalahan dalam mengindentifikasi masalah, bukannya penyelesaian yang diperoleh, melainkan masalah baru yang muncul belakangan. Seharusnya, selesaikan masalah tanpa masalah.
Masalah adalah sesuatu yang dihadapi dan harus diselesaikan secara tuntas. Oleh karena itu, apa yang menjadi masalah yang sesungguhnya, itulah yang mesti diketahui dengan pasti. Dengan demikian, ketika menyelesaikannya, tidak menimbulkan masalah baru lagi.
Setelah mengetahui masalah yang sebenarnya dengan mengidentifikasikannya, barulah kemudian melangkah ke tahapan berikutnya.
Kedua, membuat beberapa alternatif pemecahan.
Terhadap permasalahan yang dihadapi, buatlah sejumlah alternatif yang dapat dipakai sebagai jalan pemecahan atau solusinya.
Beberapa alternatif pemecahan masalah bisa digali dan disusun sedemikian rupa sebagai pilihan-pilihan jalan keluar yang memungkinkan.
Pada saat membuat alternatif tersebut, pemikiran hendaknya senantiasa terbuka. Berikan kesempatan bagi pemikiran-pemikiran baru untuk datang. Jangan mengungkung diri dengan pola pikir lama.
Berikan kesempatan pada pemikiran kreatif dan kritis untuk berkontribusi. Istilahnya, coba lakukan pola pikir yang keluar dari pola pikir lama dan biasa (out of the box).