Selanjutnya, jadikan kritik, celaan, atau apa pun namanya, sebagai pelecut untuk unjuk karya yang lebih baik. Jangan biarkan kritik itu memadamkan semangat kita untuk menjadi lebih baik dalam berkarya.
Sampai di sini saya jadi teringat dengan obrolan saya di dalam mobil dengan Pak Goal A Gong ketika kami bersama-sama meluncur menuju sebuah perpustakaan desa.
Dalam perjalanan beliau bertutur tentang kisah hidupnya. Betapa berat perjalanan hidup yang dijalani, tetapi beliau menjalaninya dengan tabah dan berhasil menorehkan prestasi gemilang di dunia olahraga badminton dan dunia literasi.
Salah satu yang menarik adalah pesan ibu dari Pak Gol A Gong. "Kalau kamu dihina atau diremehkan orang lain, janganlah marah. Hadapi dengan senyum dan prestasi," tutur Duta Baca Indonesia ini menyitir petuah bundanya.
Berangkat dari situ, mari tanggapi setiap kritik atau celaan, dengan berpikir yang positif. Jadikan semua itu sebagai momentum untuk berprestasi lebih baik lagi.
Jawablah setiap keraguan atau kritik dengan segala bentuknya dengan prestasi yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Pantun dari Bali
Jangan hendaknya kita menghentikan langkah ketika kritik itu datang. Dalam segala macam pekerjaan, pasti ada saja orang yang tidak sependapat dengan kita.
Ada saja orang berpandangan berseberangan, bahkan mencela karya kita. Tak mengapa, jalan saja terus.
Di Bali ada pantun, "Celebingkah batan biu, belahan pane belahan paso. Gumi linggah ajak liu, ade kene ade keto." Artinya, dunia ini luas dan ada banyak sekali orang dengan berbagai sifat dan tingkah-lakunya.
Berangkat dari pantun itu, hendaknya kita memahami bahwa begitulah hidup di dunia ini. Beragam hal adanya, bermacam-macam isinya. Kita harus pandai memilih dan memilah, mana yang patut dipertimbangkan dan mana yang pantas dihindari.