Jadi, orang tidak cukup belajar bahasa pengantar agar bisa berkomunikasi dengan mereka, bahkan belajar tentang budaya mereka dalam arti luas.
Dalam arti luas dimaksudkan di sini adalah belajar tentang agama, budaya, politik, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan dipedomani oleh masyarakat setempat.
Semakin lengkap pengetahuan pebisnis tentang budaya suatu wilayah atau negeri, akan semakin baik. Ini akan menjadi pelumas bagi kelancaran bisnis yang dirancang.
Contoh Perbedaan Budaya
Literatur komunikasi bisnis memberikan contoh-contoh perbedaan budaya dimaksud. Mari kita lihat beberapa di antaranya.
Di Pakistan, merupakan hal yang biasa kalau di tengah-tengah suatu pertemuan bisnis, peserta pertemuan minta ijin keluar untuk menunaikan ibadah sholat, karena setiap muslim wajib sholat lima kali sehari.
Di Spanyol, orang berjabat tangan paling lama antara lima sampai tujuh ayunan. Melepas tangan dengan segera dipandang sebagai bentuk penolakan. Sementara itu, di Perancis, orang berjabat tangan cukup dengan hanya sekali ayunan.
Di Arab, Anda akan dianggap menghina tuan rumah kalau Anda menolak tawaran makanan dan minuman yang disediakan untuk Anda.
Tekankan usia perusahaan Anda kalau berhubungan bisnis dengan para pengusaha di Jerman, Belanda, dan Swiss.
Itulah beberapa contoh budaya asing yang sebagian besar berbeda dengan budaya kita di Indonesia. Perlu diperhatikan dan dicermati perbedaan budaya dimaksud sehingga tidak keliru dalam menjalin komunikasi.
Dua Hal yang Perlu Diperhatikan