Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengenal Lebih Dekat tentang "Situational Leadership"

29 September 2021   21:45 Diperbarui: 2 Oktober 2021   16:05 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kepemimpinan situasional | Sumber: www.pexels.com/id-id/@tima-miroshnichenko

Kita mengenal beberapa gaya kepemimpinan. 

Barangkali terpikir juga, adakah gaya kepemimpinan yang cocok dan efektif untuk segala macam situasi dan kondisi? 

Tidak ada? 

Mari kita bahas lebih lanjut.

Kepemimpinan Situasional

Salah satu gaya kepemimpinan yang diniatkan agar cocok dengan situasi dan kondisi yang ada pada karywan dan lingkungan kerja adalah gaya kepemimpinan situasional (situational leadership).

Kendati belum benar-benar cocok dalam hal tingkat efektifitasnya di dalam praktik, setidaknya para ahli kepemimpinan yang menciptakannya sudah menyumbangkan pemikiran untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan situasional dikemukakan untuk pertama kalinya oleh dua orang ahli, yakni Paul Harsey dan Ken Blanchard dengan teorinya yang berjudul Life Cycle Theory of Leadership. Kemudian berganti judul teori menjadi Situational Leadership Theory.

Kepemimpinan situasional pada dasarnya adalah teori kepemimpinan dengan pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan karyawan dan situasi yang menyertainya.  

Karena itu, pemimpin perlu mengenali dengan baik tingkat perkembangan karyawan dan situasi serta kondisi lingkungan yang ada ketika akan menerapkan gaya kepemimpinan ini.

Pemimpin perlu beradaptasi dengan keadaan atau lingkungan yang selalu berubah. Apabila kondisi karyawan berubah atau situasi organisasi berubah, gaya kepemimpinan pun mesti berubah, selalu menyesuaikan agar bisa tetap efektif dalam memimpin.

Tiga Syarat Utama

Untuk menjadi efektif -- menurut kedua ahli ini, kepemimpinan situasional harus memiliki tiga syarat utama yang mesti dipenuhi. Apakah itu?

Pertama, kemampuan analisis (analytical skills).

Pemimpin situasional mesti memiliki kemampuan mengevaluasi atau menilai kinerja karyawan atau bawahannya.

Dari informasi dan data yang dikumpulkan, pemimpin dapat mengetahui dan menganalisis seperti apa kinerja karyawan yang dipimpinnya, apakah membaik, konstan, atau malah menurun.

Kemampuan analisis ditunjukkan dengan kecermatan dalam mengevaluasi kinerja bawahan sehingga hasilnya bisa mendekati kenyataan.

Hal ini penting untuk memberi penilaian yang objektif terhadap karyawan, termasuk dalam rangka mengambil keputusan dalam pemberian penghargaan (reward) atau  hukuman (punishment).

Kedua, kemampuan fleksibilitas.

Pemimpin situasional seyogianya memiliki fleksibilitas. Ia tidak mematok satu pendekatan yang sama untuk semua keadaan. Ia tidak kaku dalam menghadapi perubahan situasi atau keadaan karyawan melainkan senantiasa luwes dan adaptif.

Dengan fleksibilitas itu, pemimpin dengan gaya situasional akan mempraktikkan teknik atau cara yang berbeda dalam situasi dan kondisi yang berbeda pada karyawan yang dipimpinnya. Dengan demikian, pendekatan yang dilakukan menjadi lebih efektif sehingga hasilnya pun akan baik.

Misalnya, kapan pemimpin mesti lebih banyak mengarahkan (directing) atau memberi pembekalan (coaching) terhadap karyawan, kapan ia dalam posisi memberikan dukungan (supporting), dan kapan pula saatnya ia lebih banyak mendelegasikan (delegating).

Pemimpin yang mumpuni adalah pemimpin yang memiliki kemampuan 'membaca' keadaan dan kemampuan karyawan sehingga bisa mengambil teknik pendekatan yang sesuai.

Ketiga, kemampuan komunikasi.

Kemampuan komunikasi merupakan kemampuan yang tidak bisa ditawar-tawar dalam kepemimpinan jenis manapun.

Dengan kemampuan komunikasi yang baik, seorang pemimpin akan bisa menyampaikan informasi, memotivasi, dan mempengaruhi karyawan yang dipimpinnya agar bersamangat dan  fokus pada penyelesaian tugas.

Kemampuan komunikasi tidak melulu berarti kemampuan berbicara atau mengemukakan pendapat dengan baik, bahkan juga kemampuan dan kesediaan menjadi pendengar yang baik.

Menjadi pendengar yang baik wajib hukumnya bagi pemimpin untuk mendapatkan masukan atau saran dari bawahan dalam rangka memajukan organisasi.

Jika Anda adalah sang pemimpin itu, apakah gaya kepemimpinan situasional ini akan Anda terapkan? Semoga berhasil.

( I Ketut Suweca, 29 September 2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun