Pemimpin perlu beradaptasi dengan keadaan atau lingkungan yang selalu berubah. Apabila kondisi karyawan berubah atau situasi organisasi berubah, gaya kepemimpinan pun mesti berubah, selalu menyesuaikan agar bisa tetap efektif dalam memimpin.
Tiga Syarat Utama
Untuk menjadi efektif -- menurut kedua ahli ini, kepemimpinan situasional harus memiliki tiga syarat utama yang mesti dipenuhi. Apakah itu?
Pertama, kemampuan analisis (analytical skills).
Pemimpin situasional mesti memiliki kemampuan mengevaluasi atau menilai kinerja karyawan atau bawahannya.
Dari informasi dan data yang dikumpulkan, pemimpin dapat mengetahui dan menganalisis seperti apa kinerja karyawan yang dipimpinnya, apakah membaik, konstan, atau malah menurun.
Kemampuan analisis ditunjukkan dengan kecermatan dalam mengevaluasi kinerja bawahan sehingga hasilnya bisa mendekati kenyataan.
Hal ini penting untuk memberi penilaian yang objektif terhadap karyawan, termasuk dalam rangka mengambil keputusan dalam pemberian penghargaan (reward) atau  hukuman (punishment).
Kedua, kemampuan fleksibilitas.
Pemimpin situasional seyogianya memiliki fleksibilitas. Ia tidak mematok satu pendekatan yang sama untuk semua keadaan. Ia tidak kaku dalam menghadapi perubahan situasi atau keadaan karyawan melainkan senantiasa luwes dan adaptif.
Dengan fleksibilitas itu, pemimpin dengan gaya situasional akan mempraktikkan teknik atau cara yang berbeda dalam situasi dan kondisi yang berbeda pada karyawan yang dipimpinnya. Dengan demikian, pendekatan yang dilakukan menjadi lebih efektif sehingga hasilnya pun akan baik.
Misalnya, kapan pemimpin mesti lebih banyak mengarahkan (directing) atau memberi pembekalan (coaching) terhadap karyawan, kapan ia dalam posisi memberikan dukungan (supporting), dan kapan pula saatnya ia lebih banyak mendelegasikan (delegating).