Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Jangan Hanya Membaca, Tulislah; Jangan Hanya Menulis, Bacalah!

24 September 2021   20:20 Diperbarui: 4 Oktober 2021   13:45 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menulis. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Tidak ada satu orang pun di antara kita yang, saya kira, akan meragukan tentang betapa erat keterkaitan antara kegiatan membaca dengan menulis. Kedua aktivitas ini saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain.

Seperti apa keterkaitannya? Mari kita bahas lebih lanjut.

Kotak Digembok

Ada orang yang doyan membaca buku dan bacaan lainnya, bahkan sejak masih muda hingga dewasa. Ia banyak mengisi hari-harinya dengan membaca.

Akan tetapi, yang bersangkutan hanya sampai pada taraf membaca. Setelah selesai membaca, ya, sudah. Tidak ada tindak lanjut mau apa setelah itu.

Rajin membaca tanpa memanfaatkan hasil membaca, tentu kurang faedahnya. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan membaca pada akhirnya tidak banyak berguna.

Sejatinya, mereka yang rajin membaca sudah menjalani proses pengayaan diri dengan pengetahuan yang dibacanya dari buku-buku.

Sayangnya, pengetahuan itu cuma tersimpan di dalam pikiran. Bagai barang berharga yang disimpan di dalam kotak dan digembok, pengetahuan itu terkungkung di dalam pikiran.

Penting Dipraktikkan

Dunia literasi sekarang lebih menekankan pada praktik terhadap apa yang dibaca. Literasi diarahkan  menuju  pemberdayaan (empowerment) bagi pembaca.

Tidak berhenti di level membaca, bahkan berlanjut ke level berikutnya, yaitu mencoba dan mempraktikkan apa yang dibaca dalam kehidupan.

Membaca buku-buku keterampilan membuat produk atau barang tertentu memang mengarah pada praktik yang, jika dilakukan secara serius, bisa menghasilkan uang.

Praktik Menulis

Dalam kaitannya dengan dunia literasi, bukan dipraktikkan dalam membuat suatu barang kerajinan tertentu seperti penulis singgung di atas melainkan dengan menuliskannya menjadi artikel atau buku.

Tentu saja pengetahuan yang diperoleh secara akumulatif itu akan sangat berguna bagi orang lain jika ditulis dan disebarluaskan.

Pengetahuan yang diperoleh dari berbagai bacaan ditambah dengan pemikiran dan pengalaman sendiri akan menambah nilai pada pengetahuan itu. Kalau kemudian gabungan dari semua itu ditulis dan disajikan kepada publik sebagai bahan bacaan, alangkah besar manfaatnya.

Oleh karena itu, menjadi penting bagi seorang pembaca untuk meneruskan langkah memasuki dunia penulisan. Dengan bekal pengetahuan yang luas dan pengalaman yang dimiliki, seseorang akan memiliki modal untuk menjadi penulis yang meyakinkan.

Sayang sekali kalau pengetahuan itu hanya disimpan di dalam sebuah ruang yang berada di antara dua telinga kita!

Sumur Kering

Seorang pembaca seyogianya juga menulis, menjadi penulis. Sebaliknya, seorang penulis jangan sampai lupa membaca. Penulis perlu membaca, membaca yang banyak dan berkesinambungan.

Mengapa penulis mesti rajin membaca, kita tentu sudah tahu jawabannya. Pastinya, jika tidak membaca, lantas apa yang akan ditulis?

Pada artikel sebelumnya saya pernah menyinggung bahwa menulis tanpa membaca laksana menimbah air di sumur kering. Kita tidak akan mendapatkan air dari sumur seperti itu.

Tanpa aktivitas membaca yang berkesimbungan akan menjadi sulit bagi seorang penulis untuk melanjutkan kariernya sebagai penulis. Ia akan mentok! Kendatipun, misalnya, ia masih mampu menulis, tulisannya akan bernasib seperti sumur tadi, kering.

Oleh karena itu -- seperti dianjurkan oleh para pengarang senior, penulis yang ingin memantapkan dan meneruskan karier kepenulisannya wajib hukumnya terus-menerus membaca.

Dengan tetap membaca, ia bisa menjaga sumurnya terhindar dari kekeringan: selalu ada air untuk ditimba. Selalu ada gagasan yang berharga untuk ditulis.

Melalui kegiatan membaca secara berkelanjutan, seorang penulis akan mendapatkan pengetahuan baru. Ia akan mendapatkan perbendaharaan kata atau ungkapan baru pula.

Ia juga akan mendapatkan berbagai macam gaya penulisan dari buku-buku yang dibacanya, di samping bisa termotivasi untuk menuangkan ide-ide yang ada di dalam benaknya.

Hubungan membaca dan menulis memang tidak bisa dipisahkan. Melalui kegiatan membaca kita menyerap pengetahuan. Melalui aktivitas menulis kita menuangkan gagasan.

Dengan cara yang sangat elok, Armin Martajasa, mengatakan, "Jika kamu ingin mengenal dunia, membacalah. Jika kamu ingin dikenal dunia, menulislah."

(I Ketut Suweca, 24 September 2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun