Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Latihan "Hidup Menderita", Mengapa Perlu?

9 Agustus 2021   20:02 Diperbarui: 10 Agustus 2021   05:55 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melatih diri menghadapi kesulitan  dan tantangan (Sumber:nysnmedia.com)

Wujudnya seperti apa? Misalnya, Anda yang makan tiga kali sehari mencoba makan hanya dua kali sehari. Misalnya, Anda biasanya berpakaian yang bagus, cobalah mengenakan pakaian yang sudah lama dan lusuh. Merasakan tidur di atas tikar tanpa kasur. Dan, lainnya.

Latihan hidup menderita itu cukup dilakukan dalam 2-3 hari saja dalam setahun sebagai cara untuk menggembleng diri dalam keprihatinan. Merasakan seperti apa penderitaan yang dialami oleh mereka yang menjalaninya dalam keseharian. Mau mencoba? Silakan.

Berlatih Keras dan Disiplin

Saya akan menambahkan sebuah contoh. Sebagai anggota (kenshi) Shorinji Kempo, kami dilatih dan berlatih dengan keras.

Setiap kali ada pemusatan latihan, kami akan digembleng menjadi kenshi yang kuat dan tahan banting, merasakan dan menghayati kesulitan dalam kesederhanaan hidup.

Kami berlatih sangat keras, penuh disiplin, semangat, patuh, dan tepat waktu. Siap menerima hukuman kalau salah.

Pagi-pagi sekali kami mesti bangun dan bersiap-siap untuk berlari keliling kota bersama-sama. Usai itu kami senam bersama dan latihan teknik dasar. Setelah diberikan kesempatan mandi sekaligus sarapan pagi beberapa saat, kami kembali berlatih.

Pada siang harinya ada kesempatan makan siang dan istirahat sejenak dan terus berlatih sampai senja bahkan terkadang hingga malam. Begitu yang kami lakoni selama 3-4 hari berturut-turut di tempat pemusatan latihan.

Tidak peduli apakah di antara kami ada yang bergelar profesor, doktor, dokter, dan perwira tinggi. Atau, sebagai pejabat tinggi, pengusaha, mahasiswa, guru, dosen, atau apa pun.

Kami diperlakukan sama dan dilatih dengan standard yang sama: penuh dengan kedisiplinan sampai akhirnya kami dinyatakan lulus dari latihan bersama (gashuku) itu.

Begitulah yang beberapa kali saya alami dan ikuti. Untuk apa? Apalagi kalau bukan untuk memantapkan teknik sekaligus merasakan hidup "menderita" dalam gemblengan para master (sensei) Kempo yang profesional dan mengasihi kenshi-kenshinya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun