Lalu, apalagi yang bisa dilakukan untuk menghapus dari kegiatan yang rutin? Berolah raga. Ya, berolah raga.
Tetapi, 'kan gelanggang olahraga (GOR) sedang tutup? Benar sekali, gelanggang olahraga sedang ditutup. Tidak diperkenankan para penyuka olahraga menggunakannya untuk sementara waktu sampai keadaan PPKM Darurat usai.
Merindu untuk berolah raga, apa yang bisa dilakukan? Saya memilih berolahraga di rumah saja. Kalau ada-anak suka bermain bulutangkis. Istri suka senam aerobik melalui cannel youtube.
Saya yang biasa ke GOR, kini terpaksa berolahraga di rumah juga. Untungnya, saya mempunyai samsak duduk yang bisa saya tendang dan pukul setiap hari, pagi dan sore.
Pagi-pagi, saya sisihkan waktu sekitar 15-30 menit untuk "menghajar" samsak itu. Memukul dan menendangnya begitu rupa. Dan, saya pun berhasil mengeluarkan keringat. Keringat mengucur deras dari pori-pori tubuh.
Istirahat, minum, dan menunggu tiga puluh menit hingga peluh mengering, Â barulah saya mandi. Usai mandi, rasanya bugar dan segar sekali, sesuatu yang sangat saya syukuri dalam hidup ini.
Hal yang sama saya lakukan di sore hari, menjelang mandi juga. Memukul dan menendangi samsak sampai keringat mengucur dari tubuh.
Satu lagi, Membaca
Malam hari, jika tidak menulis, saya akan membaca buku. Rasanya pikiran ini kosong- melompong tanpa membaca. Masa sih saya bisa menulis terus tanpa membaca? Membaca membuat saya terinspirasi dengan gagasan-gagasan dari buku-buku bacaan.
Cukup ambil waktu 30 menit sampai 1 jam untuk membaca setiap malamnya. Sekarang di meja saya ada dua buku yang menunggu dibaca.
Pertama, buku terjemahan yang berjudul Berani Tidak Disukai yang ditulis oleh dua pengarang Jepang, yaitu Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga.