Entah dari mana saya dapatkan judul di atas. Yang pasti, judul tersebut tidak orsinal dari saya. Saya pungut judul itu begitu saja dari ranah publik.
Faktor yang mendorong saya untuk memungutnya adalah pesan tersirat yang disampaikan di dalam kalimat tersebut.
Terus-terang, saya suka sekali dengan kalimat tersebut sehingga saya angkat sebagai judul tulisan ini. Dengan menjadikannya judul sekaligus topik tulisan, setidaknya saya bisa mencoba menyelaminya secara lebih dalam, memaknainya, dan memberinya ulasan yang relevan dengan pendekatan sederhana.
Kalau kalimat di atas kita pisahkan menjadi dua, maka yang pertama menjadi: Tuangkan Idemu. Sedangkan, kalimat yang kedua: Wujudkan Mimpimu. Tentu saja kedua kalimat tersebut berkaitan satu sama lain sehingga dihubungkan dengan sibol koma (,).
Mari kita tengok kalimat pertama terlebih dahulu: Tuangkan Idemu. Apalagi makna kalimat ini selain menuangkan ide melalui tulisan atau karangan.
Kita didorong untuk menuangkan gagasan dengan menggunakan huruf, kata, kalimat, artikel, dan seterusnya.
Menuangkan ide adalah cara bagi kita untuk mengekspresikan diri melalui karya tulis. Kita bisa menulis, apapun bentuk tulisan itu.
Akan tetapi, menuangkan ide tidaklah selalu mudah bagi sebagian orang. Membuat pembaca paham dengan apa yang kita tulis bukanlah perkara gampang bagi sebagian orang. Terlebih-lebih bagi mereka yang baru belajar menulis.
Diperlukan latihan dan latihan secara berkelanjutan. Kontinuitas berlatih sangat diperlukan untuk menguasai keterampilan menulis dengan baik.
Belum lagi kalau kita berbicara tentang ide-ide yang akan ditulis yang mesti tersedia. Jika tidak ada gagasan, apa yang akan kita tulis?
Membaca dengan rakus adalah anjuran yang pantas diperhatikan. Penulis yang baik adalah pembaca yang rajin. Anda setuju?
Kegiatan membaca lambat-laun mendorong orang untuk menulis. Sebaliknya, kegiatan menulis akan mendorong orang untuk membaca dan membaca. Menulis dan membaca bagai sahabat karib.
Akan tetapi, memiliki kemampuan menuangkan ide saja belumlah cukup. Masih diperlukan upaya agar tulisan kita ada manfaatnya bagi orang lain. Dengan kata lain, tulisan yang kita buat ada pembacanya. Â
Oleh karena itu, kita mesti mempublikasikan karya-karya kita. Kalau ditulis dan dipublikasikan tentu akan ada faedahnya bagi pembaca. Ada nilai guna yang bisa dipetik oleh pembaca.
Media untuk mentransfer pengetahuan pun ada banyak ragamnya, bisa koran, majalah, blog, website, dan seterusnya. Sekarang jumlah media semakin banyak, kesempatan untuk memasyarakatkan buah pikir kita juga jauh lebih mudah.
Genre tulisan pun disesuaikan dengan minat kita masing-masing. Mungkin Anda suka dengan fiksi seperti cerpen, puisi, dan novel. Mungkin juga Anda menyenangi menulis nonfiksi seperti artikel opini, tulisan ilmiah populer, dan features.
Jenis apapun tulisan kita tidak masalah dan media manapun yang kita pilih untuk mempubikasikan sebuah karya, ya, terserah.
Yang penting, pemikiran kita bisa dibaca oleh masyarakat luas. Semakin luas masyarakat pembacanya, peluang kebermanfaatannya semakin besar.
Wujudkan Mimpimu
Apa wujud mimpi yang kita hendak capai? Inginkah kita dipredikati oleh masyarakat sebagai seorang kolumnis, esais, cerpenis, novelis, dan seterusnya? Predikat itu selaras dengan karya dominan yang Anda hasilkan secara kontinu.
Pada saatnya nanti Anda akan mendapatkan personal branding sebagai penulis dengan salah satu atau salah dua dari predikat di atas. Atau, bahkan sudah.
Jika Anda suka menulis novel, maka predikat novelis menjadi personal branding Anda. Kalau Anda lebih suka menulis opini secara rutin di media massa, bukan tidak mungkin Anda akan dikenal sebagai kolumnis.
Ini adalah proses menuju terwujudnya mimpi. Apa mimpi Anda sebagai penulis? Terserah Anda sajalah. Boleh saja punya mimpi yang lain, bukan sebagai penulis.
Akan tetapi yang perlu diingat, personal branding yang dibangun mesti memiliki dasar yang kuat. Jangan membuat personal branding dengan pondasi yang rapuh, hanya karena ingin terkenal, populer secara instant, tetapi tanpa dasar yang kokoh.
Ya, benar, dasar dari semua yang kita lakukan adalah kepribadian, yaitu kepribadian penulisnya. Seperti apa kepribadian sang penulis seperti itulah yang akan tersirat dalam tulisan. Tidak bisa disembunyikan.
Akhirnya, mari kita tuangkan ide melalui tulisan secara konsisten. Kita bagikan pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki. Bersama-sama kita mantapkan langkah wujudkan mimpi menjadi penulis yang sebenarnya.
(Â I Ketut Suweca, 30 Juni 2021).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H